Minggu, 18 Maret 2018

Makalah Akhlak Tasawuf "Aktualisasi Akslak Dalam Kehidupan"

AKTUALISASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MELIPUTI AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULULLAH SAW



Disusun Oleh :
Kelompok      : 2 (Dua)
Nama              :
1.    Sabaria                                        (16 0201 0135)
2.    Varsella Aprillian Amrul           (16 0201 0145)
3.    Yusni Yunus                               (16 0201 0150)

Kelas               : PAI-D
Semester         : III (Tiga)
Dosen              : Saparuddin, S.Ag., M.Sos.I.


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2017/2018
KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Akhlak Tasawuf yang berjudul Aktualisasi Akhlak Dalam Kehidupan Meliputi Akhlak Terhadap Allah Swt. Dan Rasulullah Saw.
Terselesaikannya Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.         Guru Akhlak Tasawuf kami Bapak Saparuddin S.Ag., M.Sos.I. Karena atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
2.         Kedua Orang Tua kami, yang senantiasa mendukung, menuntun kami dalam hidup ini dengan doa yang tulus.
3.         Teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan motifasi untuk kami dalam penyelesaian Makalah ini.
Penulisan Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang masih kurang, sistematika yang masih kurang baik, masih kurangnya pengetahuan kami tentang Materi. Sehingga pada kesempatan ini kami juga mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi dan para pembaca untuk penulisan Makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga dengan adanya Makalah ini teman-teman mahasiswa/mahasiswi  serta pembaca bisa menambah pengetahuan dan semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan penulisan karya-karya tulis lain dengan lebih baik lagi.

Palopo, 23 September 2017
             

Penyusun Kelompok 2
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B.        Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.        Tujuan Penulisan....................................................................................... 2

BAB II AKTUALISASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MELIPUTI AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULULLAH SAW
A.       Akhlak Terhadap Allah Swt...................................................................... 3
B.        Akhlak Terhadap Rasulullah Saw............................................................. 9

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan Penulisan............................................................................... 14
B.        Saran - Saran............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15








BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Tauhid sebagai sisi pokok dan inti islam yang memang seharusnya diutamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah Swt., dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Akhlak  adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk. Didalam islam pengertian akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia diatas bumi yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan al-Hadist.
Akhlak kepada Allah Swt. merupakan pondasi utama atau dasar dalam berakhlak kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah Swt., maka seseorang itu tidak akan memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang qarimah terhadap Allah Swt., maka perbuatan tersebut merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Selain berakhlak kepada Allah Swt., kita juga sebagai umat muslim harus mempunyai akhlak kepada Baginda Rasulullah Saw., karena Nabi Muhammad Saw., satu-satunya manusia terhebat di dunia ini yang telah membawa banyak perubahan bagi dunia ini, dan Beliaulah cahaya penuntun yang menerangi bumi yang dahulu gelap gulita. Rasulullah Saw., merupakan satu-satunya manusia yang mempunyai akhlak yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan Allah Swt., Karena perilaku Rasulullah Saw., yang sangat baik sehingga patut untuk di contoh, ditiru dan di amalkan dalam keseharian kita sebagai umatnya.

B.       Rumusan Masalah
Di setiap penulisan Makalah tentu memiliki rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penulisan pada Makalah  ini adalah :
1.      Bagaimana akhlak terhadap Allah Swt.?
2.      Bagaimana akhlak terhadap Rasulullah Saw.?

C.       Tujuan Penulisan
Disetiap penulisan Sebuah Makalah tentu memiliki tujuan penulisan, dan pada Makalah tujuan penulisan yaitu :
1.         Sebagai Syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Akhlak Tasawuf.
2.         Memberikan Informasi kepada teman-teman dan para pembaca tentang beberapa hal yang terkait dengan aktualisasi akhlak dalam kehidupan, dalam hal ini akhlak terhadap Allah Swt. dan akhlak terhadap Rasulullah Saw.









BAB II
AKTUALISASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MELIPUTI AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULULLAH SAW


A.      Akhlak Terhadap Allah Swt.
Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah sungguh tidak dapat dihitung.[1] Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18,
bÎ)ur (#rãès? spyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) ©!$# Öqàÿtós9 ÒOÏm§ ÇÊÑÈ  
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Allah Swt.
Adapun berakhlak terhadap Allah Swt dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:
1.   Akhlak baik terhadap Allah Swt, meliputi :
a.   Bertaubat (At-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha untuk menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik.[2] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah taubat, salah satunya antara lain pada:
ü Surah At-Taubah ayat 75 yang berbunyi :
* Nåk÷]ÏBur ô`¨B yyg»tã ©!$# ïúÈõs9 $oY9s?#uä `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù £`s%£¢ÁoYs9 £`tRqä3uZs9ur z`ÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$# ÇÐÎÈ  
“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang-orang yang saleh.”
b.   Bersabar (Ash-Shabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upayauntuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksudkannya adalah sikap yang diawali ikhtisar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Allah Swt.[3] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah bersabar salah satunya antara lain pada:
ü Surah Al-Ma’aarif ayat 5  yang berbunyi :
÷ŽÉ9ô¹$$sù #ZŽö9|¹ ¸xŠÏJy_ ÇÎÈ  
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.”
c.    Bersyukur (Asy-Syukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt., kepada hambanya baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Yang kemudian disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang member nikmat, Yaitu Allah Swt.[4] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah bersyukur salah satunya antara lain pada:
ü  Surah Ali ‘Imraan ayat 123 yang berbunyi :
ôs)s9ur ãNä.uŽ|ÇtR ª!$# 9ôt7Î/ öNçFRr&ur ×'©!ÏŒr& ( (#qà)¨?$$sù ©!$# öNä3ª=yès9 tbrãä3ô±n@ ÇÊËÌÈ  
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar[224], Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah[225]. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.”
[224] Pertemuan dua golongan itu - antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin - terjadi dalam perang Badar. Badar nama suatu tempat yang terletak antara Mekah dengan Madinah dimana terdapat mata air.
[225] Keadaan kaum muslimin lemah karena jumlah mereka sedikit dan perlengkapan mereka kurang mencukupi.
d.   Bertawakkal (At-Tawakkal), yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt., setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Oleh karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang dia harapkan, dia harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkannya kepada Allah Swt. maka dengan cara demikian, Dia dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya.[5] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah bertawakkal salah satunya antara lain pada:
ü  Surah Ibrahim ayat 12 yang berbunyi :
$tBur !$oYs9 žwr& Ÿ@ž2uqtGtR n?tã «!$# ôs%ur $uZ1yyd $oYn=ç7ß 4 žcuŽÉ9óÁuZs9ur 4n?tã !$tB $tRqßJçF÷ƒsŒ#uä 4 n?tãur «!$# È@©.uqtGuŠù=sù tbqè=Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊËÈ  
“Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah Padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri".”
e.    Ikhlas (Al-Ikhlaash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’ ketika mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila dikerjakan dengan ikhlas.[6] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah ikhlas salah satunya antara lain pada:
ü  Surah Al-Bayyinah ayat 5 yang berbunyi :
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
f.    Raja’ (Ar-Rajaa’), yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah Swt., setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu menunggu sesuatu yang diharapkannya, maka hal itu disebut “tamanni” ayau hayalan.[7] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah raja’ salah satunya antara lain pada:
ü  Surah Al-Baqarah ayat 218 yang berbunyi :
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä z`ƒÉ©9$#ur (#rãy_$yd (#rßyg»y_ur Îû È@Î6y «!$# y7Í´¯»s9'ré& tbqã_ötƒ |MyJômu «!$# 4 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇËÊÑÈ  
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
g.   Bersikap takut (Al-Khauf), yaitu suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah Swt., maka manusia berupaya agar apa yang ditakutkannya itu tidak akan terjadi.[8] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah takut salah satunya antara lain pada:
ü  Surah An-Naazi’aat ayat 40 yang berbunyi :
$¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3uqolù;$# ÇÍÉÈ  
“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.”
h.   Membaca Al-Qur’an, Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya : “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya”.[9]
i.     Beribadah kepada Allah, Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8.[10]

2.   Akhlak buruk terhadap Allah Swt, meliputi :
a.      Takabbur (Al-Kibru), yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri, sehingga tidak mau mengakui kekuasaan Allah Swt., di ala mini termasuk mengingkari nikmat Allah Swt., yang ada padanya.[11] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah takabbur salah satunya antara lain pada:
·      Surah An- Nahl ayat 23 yang berbunyi :
Ÿw tPty_ žcr& ©!$# ÞOn=÷ètƒ $tB šcrÅ¡ç $tBur šcqãYÎ=÷èム4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä šúïÎŽÉ9õ3tGó¡ßJø9$# ÇËÌÈ  
“Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.”
b.      Musyrik (Al-Isyraak), yaitu suatu sikap yang mempersekutukan Allah Swt., dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang menyamai kekuasaan-Nya.[12] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah musyrik salah satunya antara lain pada:
·      Surah An-Nahl ayat 100 yang berbunyi :
$yJ¯RÎ) ¼çmãZ»sÜù=ß n?tã šúïÏ%©!$# ¼çmtRöq©9uqtGtƒ šúïÏ%©!$#ur Nèd ¾ÏmÎ/ šcqä.ÎŽô³ãB ÇÊÉÉÈ  
“Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.”
c.       Murtad (Ar-Riddah), yaitu suatu sikap yang meninggalkan atau keluar dari agama islam, untuk menjadi kafir.[13] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah murtad salah satunya antara lain pada:
·      Surah Muhammad ayat 25 yang berbunyi :
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rs?ö$# #n?tã OÏd̍»t/÷Šr& .`ÏiB Ï÷èt/ $tB tû¨üt7s? ÞOßgs9 yßgø9$#   ß`»sÜø¤±9$# tA§qy öNßgs9 4n?øBr&ur óOßgs9 ÇËÎÈ  
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.”
d.      Munafik (An-Nifaaq), yaitu sutu sikap yang menampilkan dirinya bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.[14] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah munafiq salah satunya antara lain pada:
·      Surah Al-Munaafiquun ayat 1 yang berbunyi :
#sŒÎ) x8uä!%y` tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# (#qä9$s% ßpkôtR y7¨RÎ) ãAqßts9 «!$# 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ y7¨RÎ) ¼ã&è!qßts9 ª!$#ur ßpkôtƒ ¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# šcqç/É»s3s9 ÇÊÈ  
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.”
e.       Riya’ (Ar-Riyaa’), yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah Swt., tetapi karena ingin mendapatkan pujian oleh sesama manusia.[15] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah riya’ salah satunya antara lain pada:
·      Surah An-Nisaa’ ayat 38 yang berbunyi :
tûïÏ%©!$#ur šcqà)ÏÿYムöNßgs9ºuqøBr& uä!$sÍ Ĩ$¨Y9$# Ÿwur šcqãYÏB÷sム«!$$Î/ Ÿwur ÏQöquø9$$Î/ ̍ÅzFy$# 3 `tBur Ç`ä3tƒ ß`»sÜø¤±9$# ¼çms9 $YYƒÌs% uä!$|¡sù $YYƒÌs% ÇÌÑÈ  
“Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.”
[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.
f.       Boros atau berfoya-foya (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas ketentuan agama. Allah Swt. melarang bersikap boros, karena hal itu dapat melakukan dosa terhadap-Nya , merusak perekonomian manusia, merusak hubungan social, serta merusak diri sendiri.[16] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah boros atau berfoya-foya salah satunya antara lain pada:
·      Surah Asy-Syu’araa’ ayat 151 yang berbunyi :
Ÿwur (#þqãèÏÜè? zöDr& tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÊÎÊÈ  
“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas.”
g.      Rakus atau tamak (Al-Hirshu atau Ath-Thama’u), yaitu suatu sikap yang tidak pernah merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki, tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.[17] Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah rakus salah satunya antara lain pada:
·      Surah Al-Muddatstsir ayat 15 yang berbunyi :
§NèO ßìyJôÜtƒ ÷br& yƒÎr& ÇÊÎÈ  
“Kemudian Dia ingin sekali supaya aku menambahnya.”

B.       Akhlak Terhadap Rasulullah Saw.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan untuk berakhlak kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah kita banyak mendapatkan warisan yang bisa kita warikan lagi turun-menurun ke anak cucu kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua warisan yang berharga, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang berpegang teguh pada keduanya dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Saat ini, tidak sedikit orang yang melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau. Tidak hanya itu, mereka kemudian malah beralih pada tradisi dan adat istiadat yang justru tidak sesuai dengan syari‘at.[18]
Adapun berakhlak terhadap Rasulullah saw., dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:
a.   Menghidupkan Sunnah/Hadits
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw., bersabda yang menerangkan bahwa kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah).
b.   Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT.
c.    Membaca Shalawat dan Salam
Shalawat (bahasa Arab: صلوات) adalah bentuk jamak dari kata salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah SWT.
Membaca shalawat untuk Rasulullah saw., memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah SWT untuk Nabi SAW dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (Rasulullah saw.) sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan selamat. Jadi saat seorang muslim membaca selawat untuk Rasulullah saw., dimaksudkan mendoakan beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan selalu mendapatkan keselamatan. Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan dengan sikap hormat kepada Rasulullah saw. Orang yang membaca shalawat untuk Rasulullah saw., hendaknya disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau.[19]
Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca shalawat tidak disertai dengan niat dan perasaan hormat kepada Rasulullah saw., maka timbangannya tidak lebih berat ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya sahnya amal itu tergantung niatnya”.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat dari pada selembar sayap, yaitu :
1)      Shalat yang tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2)      Dzikir dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang hatinya tidak sadar.
3)      Membaca Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan rasa hormat.
Selanjutnya Rasulullah saw., bersabda : “Barang siapa membaca selawat untukku karena memuliakanku, maka Allah SWT menciptakan dari kalimat (shalawat) itu satu malaikat yang mempunyai dua sayap, yang satu di timur dan satunya lagi di barat. Sedangkan kedua kakinya di bawah bumi sedangkan lehernya memanjang sampai ke Arasy”. Allah SWT berfirman kepadanya : “Bacalah selawat untuk hamba-Ku, sebagaimana dia telah membaca shalawat untuk Nabi-Ku. Maka Malaikat pun membaca shalawat untuknya sampai hari kiamat.”[20]
d.      Mencintai Keluarga Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati (Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz. 2, Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).[21]
e.       Melanjutkan Misi Rasulullah SAW
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah SAW.
Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul SAW:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).[22]
f.       Meneladani Sifat-sifat Rasulullah SAW.
1)   Meneladani Sifat Siddiq
Untuk meneladani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak berbohong dalam berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan. Rasulullah saw, selama hidupnya tidak pernah berbohong, baik terhadap para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.
2)   Meneladani Sifat Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya melakukanb sesuatu sebaiknya dapat dipercaya, sehingga tugas apa pun selalu dikerjaan dengan baik dan benar.
3)   Meneladani Sifat Fatanah
Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata. ada yang cerdas dan ada pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.
4)   Meneladani Sifat Tablig
Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia termasuk salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig. Mnyampaikan kebenaran dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain biasanya mengandung risiko. Keberanian melakukan ini merupakan salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, ketika berdakwah. Beliau seringkali disambut dengan cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini semua dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.[23]









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Akhlak kepada Allah Swt dapat dilakukan oleh manusia dengan beberapa cara yaitu dengan Bertaubat Kepada-Nya, Bersabar, Bersyukur, Bertawakkal, Ikhlas, Raja’/Mengharapkan, Bersikap Takut, Membaca Al-Qur’an, Beribadah Kepada-Nya.
2.      Selain seorang manusia harus berakhlak yang baik kepada Allah Swt., Manusia juga harus memiliki akhlak yang baik kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw., yang dapat dilakukan dengan cara yaitu : Menghidupkan Sunnah/Hadits, Taat, Membaca Shalawat dan Salam, Mencintai Keluarga Beliau, Melanjutkan Misi, serta Meneladani sifat-sifat beliau diantaranya siddiq, amanah, fatanah, dan tabliq.

B.     Saran – Saran
1.      Diharapkan kepada teman-teman sejawat untuk biasa memahami secara mendalam lagi tentang materi yang disampaikan dan diharapkan untuk mempertanyakan hal-hal yang belum dimengerti agar kedepannya tidak salah lagi.
2.      Diharapkan kepada teman-teman Mahasiswa/Mahasiswi agar berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan Akhlak yang baik bukan hanya akan berpengaruh pada diri pribadi melainkan juga pada orang lain




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Akhlak Kepada Allah”. http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html. Di download pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.21.
Drs. Mahjuddin.1999.Kuliah Akhlak Tasawuf Cetakan Ketiga Edisi Revisi. Jember : Kalam Mulia Jakarta.
Miftas Syumaisah. 2011. “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw”. https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, Didownload pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
Mulqannur Al Faruq. 2015. “Akhlak Terhadap Rasulullah Saw”. http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-saw.html. Didownload pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.50.







[1]Anonim, “Akhlak Kepada Allah”, http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.21
[2]Drs. Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf Cetakan Ketiga Edisi Revisi, (Jember, Kalam Mulia Jakarta, 1999), hal.9
[3]Ibid, hal. 10
[4]Ibid, hal. 11
[5]Ibid, hal. 12
[6]Ibid, hal. 13
[7] Ibid, hal.14
[8] Ibid, hal.15
[9]Anonim, “Akhlak Kepada Allah”, http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.21
[10]Anonim, “Akhlak Kepada Allah”, http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.21
[11]Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.15
[12] Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.16
[13] Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.16-17
[14]Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.17
[15]Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.18
[16] Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.18
[17] Drs. Mahjuddin, Loc. Cit, hal.19
[18]Miftas Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[19]Miftas Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[20]Miftas Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[21]Miftas Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[22]Mulqannur Al Faruq, “Akhlak Terhadap Rasulullah Saw”, http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-saw.html, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.50.
[23]Mulqannur Al Faruq, “Akhlak Terhadap Rasulullah Saw”, http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-saw.html, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Tauhid "MACAM-MACAM TAUHID MELIPUTI ULUHIYYAH, RUBUBIYAH DAN ASMA WA SIFAT"

TUGAS TAUHID MACAM-MACAM TAUHID MELIPUTI ULUHIYYAH, RUBUBIYAH DAN ASMA WA SIFAT Di susun oleh : KELOMPOK                        :...