Kelompok :
2 (Dua)
Nama :
1.
Sabaria (16 0201
0135)
2.
Varsella Aprillian Amrul (16 0201 0145)
3.
Yusni
Yunus (16
0201 0150)
Kelas : PAI-D
Semester :
III
(Tiga)
Dosen : Saparuddin, S.Ag., M.Sos.I.
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2017/2018
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Akhlak
Tasawuf yang berjudul Aktualisasi
Akhlak Dalam Kehidupan Meliputi Akhlak Terhadap Allah Swt. Dan Rasulullah Saw.
Terselesaikannya
Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, sehingga
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Guru Akhlak
Tasawuf kami Bapak Saparuddin
S.Ag.,
M.Sos.I. Karena atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami dalam
pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
2.
Kedua Orang Tua
kami, yang senantiasa mendukung, menuntun kami dalam hidup ini dengan doa yang
tulus.
3.
Teman-teman
mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan motifasi untuk kami dalam
penyelesaian Makalah ini.
Penulisan
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang masih kurang,
sistematika yang masih kurang baik, masih kurangnya pengetahuan kami tentang
Materi. Sehingga pada kesempatan ini kami juga mengharapkan kritik serta saran
dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi dan para pembaca untuk penulisan Makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga dengan adanya Makalah ini teman-teman
mahasiswa/mahasiswi serta pembaca bisa
menambah pengetahuan dan semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan penulisan
karya-karya tulis lain dengan lebih baik lagi.
Palopo, 23 September 2017
Penyusun Kelompok 2
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan....................................................................................... 2
BAB II AKTUALISASI
AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MELIPUTI AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULULLAH SAW
A.
Akhlak Terhadap Allah Swt...................................................................... 3
B.
Akhlak Terhadap Rasulullah Saw............................................................. 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penulisan............................................................................... 14
B.
Saran - Saran............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tauhid
sebagai sisi pokok dan inti islam yang memang seharusnya diutamakan, namun
tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai
hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap
Allah Swt., dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid
dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna
tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang
muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji
menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang
muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk.
Didalam islam pengertian akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap
dan tindakan manusia diatas bumi yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan
al-Hadist.
Akhlak kepada
Allah Swt. merupakan pondasi utama atau dasar dalam berakhlak kepada siapapun
yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif
terhadap Allah Swt., maka seseorang itu tidak akan memiliki akhlak positif
terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang
qarimah terhadap Allah Swt., maka perbuatan tersebut merupakan pintu gerbang
untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.
Selain
berakhlak kepada Allah Swt., kita juga sebagai umat muslim harus mempunyai
akhlak kepada Baginda Rasulullah Saw., karena Nabi Muhammad Saw., satu-satunya
manusia terhebat di dunia ini yang telah membawa banyak perubahan bagi dunia
ini, dan Beliaulah cahaya penuntun yang menerangi bumi yang dahulu gelap
gulita. Rasulullah Saw., merupakan satu-satunya manusia yang mempunyai akhlak
yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan Allah Swt., Karena perilaku
Rasulullah Saw., yang sangat baik sehingga patut untuk di contoh, ditiru dan di
amalkan dalam keseharian kita sebagai umatnya.
B. Rumusan
Masalah
Di
setiap penulisan Makalah tentu memiliki rumusan masalah. Adapun rumusan masalah
dalam penulisan pada Makalah ini adalah
:
1. Bagaimana
akhlak terhadap Allah Swt.?
2. Bagaimana
akhlak terhadap Rasulullah Saw.?
C. Tujuan
Penulisan
Disetiap penulisan Sebuah Makalah tentu
memiliki tujuan penulisan, dan pada Makalah tujuan penulisan yaitu :
1.
Sebagai
Syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Akhlak
Tasawuf.
2.
Memberikan
Informasi kepada teman-teman dan para pembaca tentang beberapa hal
yang terkait dengan aktualisasi akhlak dalam kehidupan, dalam hal ini akhlak
terhadap Allah Swt. dan akhlak terhadap Rasulullah Saw.
BAB II
AKTUALISASI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN MELIPUTI AKHLAK
TERHADAP ALLAH SWT DAN RASULULLAH SAW
A.
Akhlak Terhadap Allah Swt.
Manusia
sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada Allah. Hanya
Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari Allah
sungguh tidak dapat dihitung.[1]
Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an surat An-nahl : 18,
bÎ)ur (#r‘‰ãès? spyJ÷èÏR «!$# Ÿw !$ydqÝÁøtéB 3 žcÎ) ©!$# Ö‘qàÿtós9 ÒO‹Ïm§‘ ÇÊÑÈ
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Akhlak
kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Allah Swt.
Adapun berakhlak terhadap Allah Swt
dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:
1.
Akhlak baik
terhadap Allah Swt, meliputi :
a.
Bertaubat
(At-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk
yang pernah dilakukannya dan berusaha untuk menjauhinya, serta melakukan
perbuatan baik.[2] Dalam
Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah taubat, salah satunya antara lain pada:
ü Surah
At-Taubah ayat 75 yang berbunyi :
* Nåk÷]ÏBur ô`¨B y‰yg»tã ©!$# ïúÈõs9 $oY9s?#uä `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù £`s%£‰¢ÁoYs9 £`tRqä3uZs9ur z`ÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$# ÇÐÎÈ
“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah:
"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami,
pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang-orang yang
saleh.”
b.
Bersabar
(Ash-Shabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri
pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung
menyerah tanpa upayauntuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh
manusia. Maka sabar yang dimaksudkannya adalah sikap yang diawali ikhtisar,
lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari
Allah Swt.[3]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah bersabar salah satunya antara lain
pada:
ü Surah
Al-Ma’aarif ayat 5 yang berbunyi :
÷ŽÉ9ô¹$$sù #ZŽö9|¹ ¸xŠÏJy_ ÇÎÈ
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar
yang baik.”
c.
Bersyukur
(Asy-Syukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt., kepada
hambanya baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Yang kemudian disertai
dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang member nikmat, Yaitu Allah Swt.[4]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah bersyukur salah satunya antara lain
pada:
ü Surah Ali
‘Imraan ayat 123 yang berbunyi :
ô‰s)s9ur ãNä.uŽ|ÇtR ª!$# 9‘ô‰t7Î/ öNçFRr&ur ×'©!ÏŒr& ( (#qà)¨?$$sù ©!$# öNä3ª=yès9 tbrãä3ô±n@ ÇÊËÌÈ
“Sungguh
Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar[224], Padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah[225]. karena itu bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu mensyukuri-Nya.”
[224] Pertemuan dua
golongan itu - antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin - terjadi dalam
perang Badar. Badar nama suatu tempat yang terletak antara Mekah dengan Madinah
dimana terdapat mata air.
[225] Keadaan kaum
muslimin lemah karena jumlah mereka sedikit dan perlengkapan mereka kurang
mencukupi.
d.
Bertawakkal
(At-Tawakkal), yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt.,
setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan.
Oleh karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi bila seseorang ingin
mendapatkan sesuatu yang dia harapkan, dia harus lebih dahulu berupaya sekuat
tenaga, lalu menyerahkannya kepada Allah Swt. maka dengan cara demikian, Dia
dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya.[5]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah bertawakkal salah satunya antara
lain pada:
ü Surah
Ibrahim ayat 12 yang berbunyi :
$tBur !$oYs9 žwr& Ÿ@ž2uqtGtR ’n?tã «!$# ô‰s%ur $uZ1y‰yd $oYn=ç7ß™ 4 žcuŽÉ9óÁuZs9ur 4’n?tã !$tB $tRqßJçF÷ƒsŒ#uä 4 ’n?tãur «!$# È@©.uqtGuŠù=sù tbqè=Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊËÈ
“Mengapa Kami tidak akan bertawakkal
kepada Allah Padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami
sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan
kepada kami. dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu,
berserah diri".”
e.
Ikhlas
(Al-Ikhlaash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’ ketika
mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila
dikerjakan dengan ikhlas.[6]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah ikhlas salah satunya antara lain
pada:
ü Surah
Al-Bayyinah ayat 5 yang berbunyi :
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus.”
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari
kesesatan.
f.
Raja’ (Ar-Rajaa’), yaitu sikap
jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah
Swt., setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang
diharapkannya. Oleh karena itu bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu
menunggu sesuatu yang diharapkannya, maka hal itu disebut “tamanni” ayau
hayalan.[7]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah raja’ salah satunya antara lain
pada:
ü Surah
Al-Baqarah ayat 218 yang berbunyi :
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä z`ƒÉ‹©9$#ur (#rãy_$yd (#r߉yg»y_ur ’Îû È@‹Î6y™ «!$# y7Í´¯»s9'ré& tbqã_ötƒ |MyJômu‘ «!$# 4 ª!$#ur Ö‘qàÿxî ÒO‹Ïm§‘ ÇËÊÑÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu
mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
g.
Bersikap
takut (Al-Khauf), yaitu suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu
yang tidak disenangi dari Allah Swt., maka manusia berupaya agar apa yang
ditakutkannya itu tidak akan terjadi.[8]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah takut salah satunya antara lain
pada:
ü Surah
An-Naazi’aat ayat 40 yang berbunyi :
$¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u‘ ‘ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3“uqolù;$# ÇÍÉÈ
“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.”
h.
Membaca Al-Qur’an, Seseorang yang mencintai sesuatu,
tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah ia akan selalu
menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya : “Bacalah Al-Qur’an, karena
sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat dihari kiamat kepada para
pembacanya”.[9]
i.
Beribadah kepada Allah, Allah berfirman
dalam Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”Dapat juga
dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al-
Bayyinah : 7-8.[10]
2.
Akhlak buruk
terhadap Allah Swt, meliputi :
a.
Takabbur
(Al-Kibru), yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri, sehingga
tidak mau mengakui kekuasaan Allah Swt., di ala mini termasuk mengingkari
nikmat Allah Swt., yang ada padanya.[11]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah takabbur salah satunya antara lain
pada:
·
Surah An- Nahl ayat 23 yang berbunyi :
Ÿw tPty_ žcr& ©!$# ÞOn=÷ètƒ $tB šcr”Å¡ç„ $tBur šcqãYÎ=÷èム4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä† šúïÎŽÉ9õ3tGó¡ßJø9$# ÇËÌÈ
“Tidak diragukan lagi bahwa
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka
lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.”
b.
Musyrik
(Al-Isyraak), yaitu suatu sikap yang mempersekutukan Allah Swt.,
dengan makhluk-Nya, dengan cara menganggapnya bahwa ada suatu makhluk yang
menyamai kekuasaan-Nya.[12]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah musyrik salah satunya antara lain
pada:
·
Surah An-Nahl ayat 100 yang berbunyi :
$yJ¯RÎ) ¼çmãZ»sÜù=ß™ ’n?tã šúïÏ%©!$# ¼çmtRöq©9uqtGtƒ šúïÏ%©!$#ur Nèd ¾ÏmÎ/ šcqä.ÎŽô³ãB ÇÊÉÉÈ
“Sesungguhnya kekuasaanNya (syaitan)
hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang
yang mempersekutukannya dengan Allah.”
c.
Murtad
(Ar-Riddah), yaitu suatu sikap yang meninggalkan atau keluar dari
agama islam, untuk menjadi kafir.[13]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah murtad salah satunya antara lain
pada:
·
Surah Muhammad ayat 25 yang berbunyi :
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#r‘‰s?ö‘$# #’n?tã OÏdÌ»t/÷Šr& .`ÏiB ω÷èt/ $tB tû¨üt7s? ÞOßgs9 ”y‰ßgø9$# ß`»sÜø‹¤±9$# tA§qy™ öNßgs9 4’n?øBr&ur óOßgs9 ÇËÎÈ
“Sesungguhnya orang-orang yang
kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka,
syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan
angan-angan mereka.”
d.
Munafik
(An-Nifaaq), yaitu sutu sikap yang menampilkan dirinya
bertentangan dengan kemauan hatinya dalam kehidupan beragama.[14]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah munafiq salah satunya antara lain
pada:
·
Surah Al-Munaafiquun ayat 1 yang berbunyi :
#sŒÎ) x8uä!%y` tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# (#qä9$s% ߉pkô¶tR y7¨RÎ) ãAqß™ts9 «!$# 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ y7¨RÎ) ¼ã&è!qß™ts9 ª!$#ur ߉pkô¶tƒ ¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# šcqç/É‹»s3s9 ÇÊÈ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul
Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta.”
e.
Riya’
(Ar-Riyaa’), yaitu suatu sikap yang selalu menunjuk-nunjukkan
perbuatan baik yang dilakukannya. Maka ia berbuat bukan karena Allah Swt.,
tetapi karena ingin mendapatkan pujian oleh sesama manusia.[15]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah riya’ salah satunya antara lain
pada:
·
Surah An-Nisaa’ ayat 38 yang berbunyi :
tûïÏ%©!$#ur šcqà)ÏÿYムöNßgs9ºuqøBr& uä!$sÍ‘ Ĩ$¨Y9$# Ÿwur šcqãYÏB÷sム«!$$Î/ Ÿwur ÏQöqu‹ø9$$Î/ ÌÅzFy$# 3 `tBur Ç`ä3tƒ ß`»sÜø‹¤±9$# ¼çms9 $YYƒÌs% uä!$|¡sù $YYƒÌs% ÇÌÑÈ
“Dan (juga) orang-orang yang
menafkahkan harta-harta mereka karena riya[297] kepada manusia, dan orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang
mengambil syaitan itu menjadi temannya, Maka syaitan itu adalah teman yang
seburuk-buruknya.”
[297] Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.
f.
Boros atau
berfoya-foya (Al-Israaf), yaitu perbuatan yang selalu melampaui batas-batas
ketentuan agama. Allah Swt. melarang bersikap boros, karena hal itu dapat
melakukan dosa terhadap-Nya , merusak perekonomian manusia, merusak hubungan
social, serta merusak diri sendiri.[16]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah boros atau berfoya-foya salah
satunya antara lain pada:
·
Surah Asy-Syu’araa’ ayat 151 yang berbunyi :
Ÿwur (#þqãè‹ÏÜè? zöDr& tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÊÎÊÈ
“Dan janganlah kamu mentaati
perintah orang-orang yang melewati batas.”
g.
Rakus atau
tamak (Al-Hirshu atau Ath-Thama’u), yaitu suatu sikap yang tidak pernah
merasa cukup, sehingga selalu ingin menambah apa yang seharusnya ia miliki,
tanpa memperhatikan hak-hak orang lain.[17]
Dalam Al-Qur’an, banyak diterangkan masalah rakus salah satunya antara lain
pada:
·
Surah Al-Muddatstsir ayat 15 yang berbunyi :
§NèO ßìyJôÜtƒ ÷br& y‰ƒÎ—r& ÇÊÎÈ
“Kemudian Dia ingin sekali
supaya aku menambahnya.”
B.
Akhlak Terhadap Rasulullah Saw.
Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai
umat muslim di haruskan untuk berakhlak kepada Nabi SAW. Karena dari beliaulah
kita banyak mendapatkan warisan yang bisa kita warikan lagi turun-menurun ke
anak cucu kita.
Saat Rasulullah SAW wafat, beliau meninggalkan dua
warisan yang berharga, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Orang yang berpegang
teguh pada keduanya dipastikan tidak akan tersesat selamanya. Saat ini, tidak
sedikit orang yang melupakan, bahkan mematikan sunnah beliau. Tidak hanya itu,
mereka kemudian malah beralih pada tradisi dan adat istiadat yang justru tidak
sesuai dengan syari‘at.[18]
Adapun berakhlak terhadap Rasulullah
saw., dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut:
a.
Menghidupkan
Sunnah/Hadits
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw., bersabda yang menerangkan
bahwa kita sebagai umat muslim diperintahkan untuk menghidupkan sunah-sunah
yang telah beliau wariskan. “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari
sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan
(pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak
mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR Ibnu Majah).
b.
Taat
“Hai orang-orang yg beriman taatilah Allah dan
taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu
lebih utama dan lebih baik akibatnya.” Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg
beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi
mereka karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi
larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap
seruan Allah SWT.
c.
Membaca
Shalawat dan Salam
Shalawat (bahasa Arab: صلوات) adalah bentuk jamak dari
kata salat yang berarti doa atau seruan kepada Allah SWT.
Membaca shalawat untuk Rasulullah saw., memiliki
maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah SWT untuk Nabi SAW dengan
ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (Rasulullah saw.) sejahtera
(beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat).
Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa dan
selamat. Jadi saat seorang muslim membaca selawat untuk Rasulullah saw.,
dimaksudkan mendoakan beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa dan
selalu mendapatkan keselamatan. Membaca Selawat harus disertai dengan niat dan
dengan sikap hormat kepada Rasulullah saw. Orang yang membaca shalawat untuk Rasulullah
saw., hendaknya disertai dengan niat dan didasari rasa cinta kepada beliau
dengan tujuan untuk memuliakan dan menghormati beliau.[19]
Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan
bahwa apabila seseorang membaca shalawat tidak disertai dengan niat dan
perasaan hormat kepada Rasulullah saw., maka timbangannya tidak lebih berat
ketimbang selembar sayap. Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya sahnya amal itu
tergantung niatnya”.
Ada tiga perkara yang timbangannya tidak lebih berat
dari pada selembar sayap, yaitu :
1) Shalat yang
tidak disertai dengan tunduk dan khusyuk.
2) Dzikir
dengan tidak sadar. Allah SWT tidak akan menerima amal orang yang hatinya tidak
sadar.
3) Membaca
Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW tidak disertai dengan niat dan rasa hormat.
Selanjutnya Rasulullah
saw., bersabda : “Barang siapa membaca selawat untukku karena memuliakanku,
maka Allah SWT menciptakan dari kalimat (shalawat) itu satu malaikat yang
mempunyai dua sayap, yang satu di timur dan satunya lagi di barat. Sedangkan
kedua kakinya di bawah bumi sedangkan lehernya memanjang sampai ke Arasy”.
Allah SWT berfirman kepadanya : “Bacalah selawat untuk hamba-Ku, sebagaimana
dia telah membaca shalawat untuk Nabi-Ku. Maka Malaikat pun membaca shalawat
untuknya sampai hari kiamat.”[20]
d.
Mencintai
Keluarga Rasulullah SAW
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya
aku tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah
Kitabullah (Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati (Keturunan) Ahlulbaitku. Barangsiapa
yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga
bertemu denganku di telaga al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz. 2,
Tirmidzi, Ahmad, Thabrani dan dishahihkan oleh Nashiruddin Al-Albany dalam
kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah).[21]
e.
Melanjutkan
Misi Rasulullah SAW
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan
nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin,
karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul.
Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar
kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah SAW.
Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan
oleh Rasul SAW:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).[22]
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).[22]
f.
Meneladani
Sifat-sifat Rasulullah SAW.
1) Meneladani
Sifat Siddiq
Untuk meneladani sifat siddiq, dalam kehidupan
sehari-hari dapat diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak berbohong
dalam berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan. Rasulullah
saw, selama hidupnya tidak pernah berbohong, baik terhadap para sahabatnya
maupun terhadap musuhnya.
2) Meneladani
Sifat Amanah
Amanah
artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya melakukanb sesuatu sebaiknya
dapat dipercaya, sehingga tugas apa pun selalu dikerjaan dengan baik dan benar.
3) Meneladani
Sifat Fatanah
Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah
Allah yang diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata. ada yang cerdas dan
ada pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan
cara bersungguh-sungguh dalam belajar atau menuntut ilmu.
4) Meneladani
Sifat Tablig
Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia
termasuk salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig. Mnyampaikan kebenaran
dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain biasanya mengandung risiko.
Keberanian melakukan ini merupakan salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini
pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, ketika berdakwah. Beliau seringkali
disambut dengan cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini
semua dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.[23]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Akhlak kepada
Allah Swt dapat dilakukan oleh manusia dengan beberapa cara yaitu dengan
Bertaubat Kepada-Nya, Bersabar, Bersyukur, Bertawakkal, Ikhlas,
Raja’/Mengharapkan, Bersikap Takut, Membaca Al-Qur’an, Beribadah Kepada-Nya.
2.
Selain seorang
manusia harus berakhlak yang baik kepada Allah Swt., Manusia juga harus
memiliki akhlak yang baik kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw., yang dapat
dilakukan dengan cara yaitu : Menghidupkan Sunnah/Hadits, Taat, Membaca
Shalawat dan Salam, Mencintai Keluarga Beliau, Melanjutkan Misi, serta
Meneladani sifat-sifat beliau diantaranya siddiq, amanah, fatanah, dan tabliq.
B. Saran
– Saran
1. Diharapkan kepada teman-teman
sejawat untuk biasa memahami secara mendalam lagi tentang materi yang
disampaikan dan diharapkan untuk mempertanyakan hal-hal yang belum dimengerti
agar kedepannya tidak salah lagi.
2. Diharapkan kepada teman-teman
Mahasiswa/Mahasiswi agar berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkan
perbuatan-perbuatan yang berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Karena
dengan Akhlak yang baik bukan hanya akan berpengaruh pada diri pribadi
melainkan juga pada orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. “Akhlak Kepada Allah”.
http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html.
Di download pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.21.
Drs. Mahjuddin.1999.Kuliah Akhlak Tasawuf Cetakan Ketiga Edisi Revisi. Jember : Kalam
Mulia Jakarta.
Miftas Syumaisah. 2011. “Akhlak Kepada Allah Swt Dan
Nabi Saw”. https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, Didownload pada tanggal 22 September 2017 pukul
15.00.
Mulqannur Al Faruq. 2015. “Akhlak Terhadap Rasulullah
Saw”. http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-saw.html. Didownload pada tanggal 22 September 2017 pukul
15.50.
[1]Anonim, “Akhlak
Kepada Allah”, http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html, pada tanggal 22 September 2017 pukul 15.21
[2]Drs.
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf Cetakan
Ketiga Edisi Revisi, (Jember, Kalam Mulia Jakarta, 1999), hal.9
[3]Ibid,
hal. 10
[4]Ibid,
hal. 11
[5]Ibid,
hal. 12
[6]Ibid,
hal. 13
[7] Ibid,
hal.14
[8] Ibid,
hal.15
[9]Anonim,
“Akhlak Kepada Allah”, http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html, pada
tanggal 22 September 2017 pukul 15.21
[10]Anonim, “Akhlak
Kepada Allah”, http://ppmalimangendeng.blogspot.co.id/p/akhlaq-kepada-allah.html, pada tanggal
22 September 2017 pukul 15.21
[11]Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.15
[12] Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.16
[13] Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.16-17
[14]Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.17
[15]Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.18
[16] Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.18
[17] Drs.
Mahjuddin, Loc. Cit, hal.19
[18]Miftas
Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada
tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[19]Miftas
Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada
tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[20]Miftas
Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada
tanggal 22 September 2017 pukul 15.00.
[21]Miftas
Syumaisah, “Akhlak Kepada Allah Swt Dan Nabi Saw” https://miftassyumaisah.wordpress.com/akhlak-2/akhlak-kepada-allah-swt-dan-nabi-saw/, pada tanggal 22
September 2017 pukul 15.00.
[22]Mulqannur Al
Faruq, “Akhlak Terhadap Rasulullah Saw”, http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-saw.html, pada tanggal
22 September 2017 pukul 15.50.
[23]Mulqannur Al
Faruq, “Akhlak Terhadap Rasulullah Saw”, http://mulqannuralfaruq.blogspot.co.id/2015/12/akhlak-terhadap-rasulullah-saw.html, pada tanggal
22 September 2017 pukul 15.50.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar