UNSUR-UNSUR HADIST MELIPUTI SANAD, MATAN, DAN
RAWI
Di susun oleh :
Kelompok : 1 (Satu)
Nama :
1.
NurulFalah (16 0201 0105)
2.
Sulyadi (16 0201
0142)
3.
VarsellaAprillianAmrul (16 0201 0145)
Kelas
: PAI-D
Semester :
I (Satu)
Fakultas : Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT.karena atas rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Ulumul Hadist yang
berjudul Unsur-Unsur Hadist Meliputi Sanad, Matan, dan Rawi.
Terselesainnya Makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini
kami ucapkan terima kasih kepada:
1.
Ustad Alimuddin S.Ud, M.pd.I, selaku Dosen pengajar
yang telah memberikan kami
kesempatan untuk menyampaikan materi kami.
2. Teman-teman sekalian yang
telah memotifasi kami untuk menyelesaikan Makalah ini.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, pengetahuan yang seberapa, informasi
yang sangat minim dan kami masih perlu banyak belajar dalam penulisan Makalah. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun akan kesempurnan Makalah ini sehingga dapat dilakukan
perbaikan-perbaikan dimasa mendatang.
SemogaMakalah yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk pembaca khususnya
kami sendiri.
Palopo, 13 September
2016
Penulis
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakangMasalah......................................................................... 1
B.
RumusanMasalah.................................................................................. 2
C.
TujuanPenulisan.................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sanad.................................................................................................... 3
B.
Matan.................................................................................................... 10
C.
Rawi...................................................................................................... 12
D.
Perbedaan Sanad, Matan, dan Rawi..................................................... 13
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.
Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Di dalam kehidupan
ini terdapat berbagai macam pengetahuan yang di butuhkan oleh setiap manusia.
Baik itu pengetahuan dalam bidang sosial, bahasa, politik, agama, dan lain
sebagainya. Namun, sumber dari pengetahuan itu ada dua macam yaitu sumber yang
merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
manusia baik dalam pengetahuan agama maupun dalam pengetahuan umum yang dikenal
dengan sebutan sumber Naqli, dan sumber yang kedua adalah adalah sumber
pengetahuan yang berasal dari akal atau pikiran manusia, yang dikenal juga
dengan sumber Aqli.
Pada
sumber Naqli, ketika seorang manusia khususnya bagi umat Islam ingin mencari
dan mempelajari sebuah pengetahuan maka Ia tidak akan lepas dari sumber otentik
bagi umat Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam.
Telah
kita ketahui sebelumnya, tidak ada seorang muslim pun yang dapat mengingkari
betapa ia sangat mencintai dan menghormati baginda Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Penghormatan kepada Beliau ini terus di riwayattan oleh
sahabat dan pengikut-pengikut mereka (As-Salaf Ash-Shalih) yang kemudian
terefleksikan dalam sikap mereka terhadap sabda, tindakan, dan sikap baginda
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam. Mereka tidak hanya berusaha mengikuti
dan meladeni, tetapi mereka juga menjaga kemurnian agama islam dari orang-orang
kafir yang menjadi musuh seorang muslim. Tindakan sahabat dan pengikut-pengikut
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam inilah yang kemudian melahirkan
berbagai ilmu-ilmu hadist seperti Al-Jarh wa At-Ta’dil, Al-‘Ilal, IlmuAr Rijal,
dan masih banyak lagi.
Dalam
mempelajari ilmu-ilmu Hadist khususnya dalam pelajaran di bangku perkuliahan,
seorang mahasiswa khususnya mahasiswa yang belajar tentang ajaran agama Islam
dituntut agar bisa lebih mendalami dan memahami hadist itu sendiri dan
bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang sudah
kita ketahui sebelumnya bahwa menurut bahasa Hadist adalah berita, sesuatu yang
baru, dan juga dekat, sedangkan menurut istilah Hadist adalah sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam baik berupa
ucapan, perbuatan, sifat ataupun penetapan sebelum kenabian ataupun sesudahnya.
Namun,
seorang mahasiswa tidak hanya perlu mengetahui apa definisi dari Hadist.
Tetapi, mereka juga juga harus mengetahui apa saja unsur-unsur pokok dari ilmu
Hadist dan bagaimana contoh unsur-unsur Hadist yang meliputi Sanad, Matan, dan
Rawi tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh
karena itu, kami membuat makalah yang berisi materi kumpulan unsur-unsur pokok
Hadist dan contoh unsur-unsur Hadist dalam kehidupan sehari-hari untuk menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca khususnya teman-teman kami.
B. Rumusan
Masalah
Di setiap penulisan
Makalah tentu memiliki rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penulisan
pada Makalah ini adalah :
1.
Apa sajakah unsur-unsur pokok dari
Hadist?
2.
Apakah definisi dari Hadist Sanad?
3.
Apakah
definisi dari Hadist Matan?
4.
Apakah
definisi dari Hadist Rawi?
5.
Apa
sajakah contoh hadist Sanad, Matan, dan Rawi?
6.
Apa
perbedaan Antara Sanad, Matan, dan Rawi ?
C. Tujuan
Di setiap penulisan Makalah tentu memiliki tujuan. Adapun
tujuan penulisan pada Makalah ini adalah :
1.
Sebagai syarat mengikuti pelajaran Ulumul Hadist.
2.
Memberikan informasi kepada pembaca
tentang unsur-unsur Hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sanad
1.
Pengertian
Sanad
Kata Sanad
menurut bahasa adalah sandaran, atau sesuatu yang kita jadikan sandaran.
Dikatakan demikian, karena setiap hadits bersandar kepadanya. Sedangkan, menurut istilah, terdapat perbedaan
rumusan pengertian.
1)
Al-Badru
bin Jamaah dan Al-Thiby menyatakan bahwa sanad adalah :
الأخبار عن طريق المتن
Artinya:“Berita
tentang jalan matan”
Sebagian ulama ada yang mendefinisikan:
سلسلة الرجال الموصلة للمتن
Artinya:“Silsilah
orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang menyampaikannya pada matan
hadits”.
Ada juga ulama yang mendefinisikan:
سلسلة الرواة الذين نقلوا المتن عن مصدره الأول
Artinya:“Silsilah
para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama”.
Dari definisi
di atas, maka yang dimaksud dengan istilah silsilah orang ialah susunan atau
rangkaian mata rantaiorang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut,
mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam, dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakansuatu
materi atau matan hadits.
Oleh sebab itu, yang dinamakan sanad
hanyalah yang berlaku pada sederetan matarantai orang-orang, bukan dari sudut
pribadi secara perorangan, sebab sebutan untuk perorangan yang menyampaikan
hadits adalah perawi atau rawi.
Yang berkaitan dengan istilah sanad
ialah kata-kata, seperti al-isnad, al-musnid, dan al-musnad. Kata-kata ini
secara termilogis mempunyai arti yang cukup luas, seperti yang telah
dikembangkan oleh para ulama :
1) Kata Al-Isnad berarti menyadarkan,
mengasalkan(mengembalikan keasal), dan mengangkat. Maksudnya
adalah menyandarkan hadis kepada orang yang mengatakannya (raf’u al-hadis ila
qa’ilih atau ‘azwu al-hadis ila qa’ilih). Menurut At-Tiby, “Kata al-isnad dan
as-sanad digunakan oleh para ahli dengan pengertian yang sama.”
2) Kata Al-Musnad mempunyai beberapa
arti.
ü Bisa berarti Hadist yang disandarkan
atau diisnadkan oleh seseorang.
ü Bisa berarti kumpulan hadist-hadist yang
diriwayatkan dengan menyebutkan sanad-sanadnya secara lengkap, seperti Musnad
Al-Firdaus.
ü Bisa berarti
nama suatu kitab yang menghimpun hadis-hadis dengan sistem penyusunan
berdasarkan nama-nama
para sahabat perawi hadist, seperti kitab Musnad Ahmad, tapi bisa
juga berarti nama bagi hadist yang marfu’ dan muttasil yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sanadnya bersambung. ()
a)
Kajian sanad bersambung diantaranya :
1.
Hadist Muttashil (Maushul)
Hadist ini adalah hadist yang didengar
oleh masing-masing rawinya dari rawi yang diatasnya sampai kepada ujung
sanadnya, baik hadist marfukmmaupun hadis mauquf.
ü
Contoh Hadist muttashil marfuk adalah
hadist yang diriwayatkan oleh Maliki
dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah Saw, bersabda :
Artinya : Orang yang tidak mengerjakan
shalat ashar itu seakan-akan menimpakan bencana kepada keluarganya dan hartanya.
ü
Contoh hadist muttashil mauquf adalah
hadist yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi’ bahwa ia mendengar Abdullah bin
‘Umar berkata :
Artinya : Barang siapa mengutangi orang
lain, maka tidak boleh menentukan syarat lain kecuali keharusan membayarnya.
2.
Hadist Musnad
Hadist ini
adalah hadist yang sanadnya bersambung dan marfuk kepada Rasullullah Saw.
3.
Hadist Mu’an’an
Hadist Mu’an’an adalah hadist yang pada
sanadnya terdapat ungkapan “Fulan’an Fulan”, dan tidak dijelaskan apakah hadist
itu diceritakan atau dikabarkan oleh Fulan (kedua) atau didengar darinya.
4.
Hadist Mu’annan
Hadist Mu’annan adalah hadist yang pada
sanadnya terdapat kata-kata “Fulan anna Fulan...”
5.
Hadist Musalsal
Hadist musalsal adalah hadist yang para
rawinya secara estafet melakukan hal yang sama atas sikap yang sama dengan
rawi-rawi sebelumnya atau terhadap riwayatnya.
Hadist musalsal terbagi atas beberapa
bagian diantaranya :
a)
Hadist musalsal karena perkataan para
rawinya, seperti hadist Mu’adz bin Jabal r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah
berkata kepadanya :
Artinya : Wahai Mu’adz, aku sungguh mencintaimu.
Oleh karena itu, ucapkanlah setiap selesai shalat: Ya Allah, berilah
pertolongan kepadaku untuk (senantiasa) berzikir, bersyukur, dab beribadah
dengan baik kepada-Mu.
Setiap
rawinya dalam menyampaikan Hadist tersebut berkata :
Artinya : Dan saya (juga) mencintaimu,
maka ucapkanlah itu!
b)
Hadist musalsal karena tindakan para
rawinya, seperti hadist Abu Hurairah r.a. Abul Qasim (gelar Rasulullah Saw.)
menjalinkan jari tangannya kepada jari tanganku seraya berkata,
Artinya : Allah menciptakan bumi ini
pada hari Sabtu.
c)
Hadist musalsal karena ucapan dan
tindakan para rawinya, sekaligus seperti hadist Anas. Ia berkata Rasullullah
Saw. bersabda:
Artinya : tidak seorang hamba pun dapat
memperoleh manisnya iman, sehingga ia beriman kepada qadar, baiknya dan
jeleknya, manisnya dan pahitnya.
d)
Hadist musalsal karena gaya bahasa para
rawinya, yakni berdekatan gaya bahasa yang mereka pakai atau benar-benar sama.
e)
Hadist musalsal dengan identitas para rawinya, seperti kesamaan nama mereka,
misalkan sama-sama bernama Muhammad.
f)
Hadist musalsal karena sifat-sifat rawi
yang berkaitan dengan bahasa penyampaian hadis, waktunya, atau tempatnya.
6.
Hadist Ali
Hadist Ali atau Isnad ‘Ali adalah
sebuah sanad yang sedikit jumlah rawinya dan bersambung pula apabila rawinya lebih dahulu mendengar hadis yang
bersangkutan atau gurunya lebih dahulu wafat.
7.
Hadist Nazil
Hadist Nazil adalah kebalikan dari
hadist ‘Ali. Yaitu hadist yang jauh jarak sanadnya.
b)
Kajian Sanad yang Terputus
1.
Hadis Munqathi
Artinya : Hadis Munqathi adalah setiap
hadis yang tidak bersambung sanadnya, baik yang disandarkan kepada Nabi Saw.
maupun disandarkan kepada yang lain
2.
Hadist Mursal
Artinya :
Hadist mursal adalah hadist yang disandarkan kepada Nabi oleh seorang tabiin
dengan mengatakan. “Rasulullah Saw. berkata...” baik ia tabiin besar maupun
tabiin kecil.
3.
Hadist Mu’allaq
Artinya : Hadis mu’allaq adalah hadist
yang dibuang permulaan sanadnya (yakni rawi yang menyampai hadist kepada
penulis kitab), baik seorang maupun lebih, dengan berurutan meskipun sampai
akhir sanad.
4.
Hadist Mu’dhal
Artinya : Hadist yang pada mata rantai
sanadnya gugur dua orang rawi atau lebih di satu tempat, baik pada awal sanad,
tengah sanad, maupun di akhir sanad.
5.
Hadist Mudallas
Dinamakan Demikian sebab ia mengandung
kesamaran dan ketertutupan.
6.
Hadist Mursal Khafi’
Artinya : Hadist mursal khafi adalah hadis yang
diriwayatkan oleh seorang rawi dari guru yang sezaman, tetapi ia tidak pernah
mendengar hadisnya serta tidak pernah bertemu dengannya.
Sanad merupakan sandaran yang sangat prinsipiil dalam
ilmu hadist dan merupakan jalan utama dalam mencapai tujuan yang luhur yaitu
dalam membedakan antara hadist yang dapat diterima (makbul) dan hadis yang
ditolak (mardud).
Ada beberapa
pendapat mengenai pentingnya sanad, pendapat itu diantaranya :
1)
Sufyan al-Tsauri berkata, “Sanad
merupakan senjata bagi orang Mukmin. Tanpa senjata, maka dengan apa mereka akan
berperang (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban pada pembukaan kitab al-Majruhin,
hal.9)
2)
Abdullah bin al-mubarak berkata, “Sanad
menurutku termasuk bagian agama. Seandainya tidak ada sanad, maka setiap orang
dapat berbicara sekehendaknya. Lalu apabila ditanyakan kepadanya, “Siapakah
yang meriwayatkan (hal itu) kepadamu?” Maka ia akan tinggal diam (Diriwayatkan
oleh Muslim pada Mukadimah Shahih-nya, hlm. 12;al-Turmudzi dalam al-‘llah; Ibnu
Hibban pada pembukaan kitab al-Majruhin, hlm.18; al-khatib al baghdadi dalam
kitab syarah Ashshab al-hadist, hlm.41. dari al-Turmudzi)
3)
Ia berkata pula, “(pemisah) antara kami
(para penerima riwayat) dan kaum (pemberi riwayat) adalah sanad. (Diriwayatkan
oleh Muslim dalam mukadimah shahinya, hlm. 12.)
Sanad atau
thariq, ialah jalan yang dapat menghubungkan matnu’AI-Hadist kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Dalam
bidang ilmu Hadist sanad itu merupakan neraca untuk menimbang sahih atau
Dhaifnya suatu hadist. Andai kata salah seorang dalam sanad-sanad itu ada yang fasiq atau yang tertuduh dusta
maka, dhaiflah Hadist itu, hingga tak dapat dijadikan Hujjah untuk menetapkan
suatu hukum.
Posisi sanad dalam suatu hadits umumnya berada diawal
atau permulaan.
2.
Contoh
Sanad
Artinya : Dari
Ummil Mu’minin ibunya ‘Abdillah r.a. telah berkata : “Telah bersabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam :
B. Matan
1.
Pengertian
Matan
Matan adalah bahasa arab yang dalam bahasa
berarti : tanah yang tinggi (الأرضمنوارتفعصلبما)Sedang menurut istilah ialah :
ألفاظ الحديث التى تتقوم بها المعاني
“Lafal-lafal
hadits yang mengandung makna-makna tertentu”
ما ينتهي إليه السند من الكلام
(suatu kalimat
yang menjadi tempat berakhirnya sanad).
Adapun definisi
matan atau al-matan menurut buku yang disusun oleh Drs. H.
Mudasir adalah matan secara bahasa berarti mairtafa’a min
al-ardi (tanah yang meninggi).
Adapun secara
istilah, memiliki pengertian yang sama.
Ada juga
redaksi yang lebih sederhana lagi, yang menyebutkan bahwa matan adalah
ujung sanad (gayah as-sanad). Semua pengertian di atas menunjukkkan
bahwa yang dimaksud dengan matan ialah materi hadits atau lafal
hadits itu sendiri.
Dari semua
definisi di atas, maka matan ialah materi atau lafazh hadits itu
sendiri, yang oleh penulisnya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum
perawi atau mudawwin.
Dengan
demikian, matan hadits ialah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover
oleh sanad terakhir, baik isi pembicaraan itu sabda Nabi Saw., sahabat ataupun
tabi’in, baik isi pembicaraan itu berupa perbuatan Nabi Saw. maupun perbuatan
sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Saw.
Posisi matan dalam suatu bentuk hadist yang sempurna
berada setelah sanad sebelum rawi.
2.
Contoh
Matan
ü Misalnya
perkataan Anas bin Malik ra. :
كنا نصلى مع رسول الله صلى الله عليه
و سلم فى شدة الحر فإذا لم يستطع أحدنا أن يمكن جبهته من الأرض بسط وبه فسجد عليه
Artinya :“Kami
shalat bersama-sama Rasulullah Saw. pada saat udara sangat panas, jika salah
seorang dari kami tidak sanggup menekankan dahinya di atas tanah, maka ia
bentangkan pakaiannya lalu sujud di atasnya”.
Begitu juga
hadits Nabi Saw. tentang hukum bacaan basmalah dalam shalat dengan
bentuk redaksi yang bervariasi sesuai dengan redaksi para mukharrij-nya,
yaitu:
a)
Hadits riwayat Imam Muslim, yaitu:
1)
Hadist Pertama
لا
صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب رواه مسلم
Artinya : “Tidak
sah shalat seseorang yang tidak membaca surat fatihahnya kitab”. Hadits riwayat
Muslim”.
2)
Hadist Kedua
لا
صلاة لمن لم يقرأ بأم القرآن
Artinya : “... Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca
ummil quran (al-fatihah). Hadits riwayat Muslim.
3)
Hadist Ketiga
من لم يقرأ بأم القرآن فلا صلاة له
Artinya : “...
siapa saja yang shalat tidak membaca ummil quran (al-fatihah), maka tidaklah ia
shalat. Hadits riwayat muslim.
b) Hadits riwayat
Imam Abu Dawud, yaitu:
لا
صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب فصاعدا
Artinya : “...
Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat fatihahnya kitab lalu
seterusnya. Hadits riwayat Abu Dawud.”
c)
Hadits riwayat Ibnu Majah, yaitu :
لا
صلاة لمن لم يقرأ فيها بفاتحة الكتاب
Artinya : “...
Tidak sah shalat seseorang yang dalam shalatnya tidak membaca fatihahnya kitab.
Hadits riwayat ibnu Majah.”
C. Rawi
1.
Pengertian
Rawi
الراوي في لغة : الذى يروي الحديث و
نحوه( المنوز: ٥٩٠
Kata rawi atau ar-rawi
berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits ( naqil al-hadits).
Sebenarnya, sanad dan rawi
itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada
tiap tabaqah-nya, juga disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah
orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan tetapi, yang membedakan
antara rawi dan sanad terletak pada pembukuan atau pen-tadwin-an hadits. Orang
yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin
disebut perawi.
Dengan demikian, maka perawi dapat
disebut mudawwin (orang yang membukukan dan menghimpun hadits).
2.
Karakteristik
dan gelar-gelar keilmuan para Rawi
Artinya : Rawi adalah orang yang meneriam hadist dan menyampaikannya dengan salah satu bahasa
penyampaiannya.
Para ulama mengklasifikasikan para Rawi dari segi banyak dan sedikitnya hadis yang mereka
riwayatkan dan peran mereka, menjadi beberapa bagian yaitu :
1)
Al
Musnid adalah orang yang meriwayatkan
Hadist beserta sanadnya, baik ia mengetahui kandungan Hadist yang
diriwayatkannya atau sekedar meriwayatkan.
2)
Al-Muhaddist,
adalah orang yang mencurahkan perhatiannya terhadap Hadist, baik dari segi
riwayah maupun dirayah, hafal identitas dan karakteristik para rawi, mengetahui
keadaan mayoritas rawi zamannya beserta hadis-hadis yang mereka riwayatkan, dan
juga memiliki keistimewaan sehingga dikenal pendirian dan ketelitiannya.
3)
Al-Hafizh,
gelar ini lebih tinggi dari al-Muhaddist, dan merupakan, gelar orang yang
sangat luas pengetahuannya tentang
hadist dan ilmu-ilmunya.
4)
Al-Hujjah,
apabila seorang hafiz sangat tekun, kuat, rinci hafalannya akan sanad dan matan
hadist, maka ia akan diberi gelar al-Hujjah. Ulama muta’akhhirin mendefinisikan
al-Hujjah sebagai orang yang hafal tiga ratus ribu hadist sanad dan matannya.
5)
Al-Hakim,
adalah yang menguasai seluruh hadist sehingga hanya sedikit hadist yang
terlewatkan.
6)
Amir
al-Mu’minin fi al-Hadist, gelar tertinggi diberikan kepada orang yang
kemampuannya melebihi semua orang dengan gelar diatas, baik hafalannnya maupun
kedalaman pengetahuannya tentang hadist dan ‘illat-‘illat-nya, sehingga ia
menjadi rujukan para hakim dan hafiz serta yang lainnya
3.
Contoh
Rawi
1.
Contoh
Rawi Pertama
Artinya :
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Nasa-i dan telah berkata Tirmidzi : “Ini adalah
Hadist Hasan Shoheh.”
2.
Contoh
Rawi Kedua
Artinya :
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dan ia berkata : Itu adalah Hadist
Hasan Sholeh.
3.
Contoh
Rawi Ketiga
Artinya :
Diriwayatkan oleh Muslim.
D. Perbedaan
Sanad, Matan, Rawi
حدثنا محمد بن معمر بن ربعي القيس،
حدثنا أبو هشام المحزومي عن عبد الواحد وهو ابن زياد حدثنا عثمان بن حكيم حدثنا
محمد ابن المنكدر عن عمران عن عثمان بن عفان قال ؛ قال رسول الله صلي الله عليه و
سلم ؛ من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتي تخرج من تحت أظفاره.(رواه
مسلم
Artinya : “
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya
telah menceritakan kepadaku Abu Hisyama al-Mahzumi dari Abu Al-Wahid yaitu Ibnu
Ziyad, katanya telah menceritakan kepadaku ‘Utsman bin Hakim, katanya telah
menceritakan kepadaku Muhammad al-Munqadir, dari ‘Amran, dari ‘Utsman bin Affan
r.a. ia berkata” Barang siapa yang berwudu’ dengan sempurna (sebaik-baiknya
wudu’), keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah
kukunya”.
(H.R. MUSLIM).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam mempelajari ilmu hadist ada tiga (3) unsur utama
yang harus diketahui dan dipahami oleh mahasiswa ataupun pengajar. Ketiga unsur
tersebut yaitu Sanad, Matan, dan Rawi
2. Sanad menurut bahasa adalah sandaran yaitu sesuatu yang
di jadikan sandaran. Sedangkan menurut istilah Sanad adalah hadist yang
disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang.
3. Matan atau al-matn menurut bahasa berarti mairtafa’a min
al-ardi. Sedangkan menurut istilah adalah tempat berakhirnya Sanad
4. Rawi merupakan orang yang meriwayatkan atau yang
memberitakan hadist
5. Perbedaan Antara Sanad, Matan, dan Rawi, salah satunya
terdapat pada posisi suatu hadist yaitu, posisi Sanad pada suatu hadist terdapat
di awal hadist, sedangkan Matan berada setelah Sanad yaitu isi atau inti suatu
hadist, dan posisi Rawi berada telah Matan atau Bagian terakhir dari suatu
Hadist.
B. Saran
Sebaiknya teman–teman atau pembaca yang ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai materi ini di harapkan lebih banyak mencari materi materi yang berhubungan
dengan materi kami di dalam buku-buku.sehingga teman-teman atau pembaca umum
bisa lebih banyak mengetahui dan mendalami lebih dalam tentang ilmu pengetahuan
Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
‘Itr, Dr. Nuruddin.2014.‘Ulumul Hadis.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Endang Hutkayanti.Http://Endanghutkayantiii.Blogspot.Co.Id/2013/03/Unsur-Unsur-Hadis.Html
. 11 September 2016 Pukul 23:27 Wita
Jadhy Putra Ksatria.Http://Jadhyputraksatria.Blogspot.Co.Id/2013/07/Unsur-Unsur-Hadits.Html
. 11 September 2016 Pukul 23:24 Wita.
Mudasir, Drs. H.2008.Ilmu
Hadis.Bandung:CV Pustaka Setia.
'Ulum Al-Hadis.Http://Stiqulumalhadis.Blogspot.Co.Id/2012/01/Definisi-Sanad.11September
2016 Pukul 23:45 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar