MENUNTUT
ILMU DEMI MENDAPATKAN KERIDHAAN ALLAH
Makalah
Diajukan
kepada Dosen Pembina
Dalam
rangka penyelesaian makalah
Mata
kuliah Hadis Tarbawi II
Program
Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
KELOMPOK
9
FAHRI HAIKAL 16 0201 0106
NURHASANAH 16 0201 0148
VARSELLA APRILLIAN AMRUL 16 0201 0145
Dosen
Pembina
Dr.
H. M. Zuhri Abu Nawas, Lc., MA.
Alimuddin,
S.Ud., M.Pd.I
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
TAHUN
AJARAN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah Hadis
Tarbawi II yang berjudul Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah.
Terselesaikannya
Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, sehingga
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Guru kami Dr.
H. M. Zuhri Abu Nawas, Lc., MA., dan Alimuddin,
S.Ud., M.Pd.I., selaku dosen pembina yang telah memberikan kami kesempatan dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
2.
Kedua
Orang Tua kami yang senantiasa
mendukung, menuntun kami dalam hidup ini dengan doa yang tulus.
3.
Teman-teman
mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan motifasi untuk kami dalam
penyelesaian Makalah ini.
Penulisan makalah
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang masih kurang, sistematika yang masih kurang baik, masih kurangnya
pengetahuan kami tentang materi. Sehingga
pada kesempatan ini kami juga mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi
dan para pembaca untuk penulisan makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga
dengan adanya makalah ini teman-teman mahasiswa/mahasiswi serta pembaca bisa menambah pengetahuan dan
semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan penulisan karya-karya tulis lain
dengan lebih baik lagi.
Palopo, 5 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Teks Hadits
Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan
Allah........................................................................................................ 4
B.
Unsur-Unsur Hadits
Tentang Menuntut Ilmu Demi
Mendapatkan Keridhaan Allah................................................................ 5
C.
Kandungan Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan
Keridhaan Allah....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.
Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan sangat diperlukan oleh seorang
individiu, bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk orang lain.
Pendidikan menjadi satu perhatian khusus dalam kehidupan. Sudah menjadi
ketentuan bahwa setiap manusia memerlukan pendidikan untuk dirinya menjadi
lebih baik.
Dalam Islam sendiri pendidikan sangat dianjurkan bagi
seorang anak bahkan dalam masa sekarang seorang anak yang baru dilahirkan telah
dibina dengan pendidikan yang baik. Pembinaan tersebut dilakukan dengan banyak
cara salah satunya dengan memperdengarkan lantunan lafadz Adzan serta Iqamah di
telinga bayi yang baru saja dilahirkan. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan
betapa pentingnya pembinaan dan pendidikan yang terhadap seorang anak.
Dan sudah menjadi satu keyakinan dalam Islam bahwa
sumber pedoman yang menjadi dasar ummat Islam mengambil keputusan adalah
al-Qur’an dan al-Hadits. al-Qur’an menjadi pedoman ummat yang abadi dan relevan
di setiap zaman tanpa mengalami perubahan. Pendidikan Islam yang baik harus
sesuai dan mengacu pada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an.
Selain nilai-nilai yang terdapat di dalam al-Qur’an pendidikan
yang baik juga bisa didapatkan pada Hadits-Hadits atau sunnah-sunnah nabi
Muhammad saw. Hadis atau sunnah menjadi sumber kedua pendidikan Islam setelah
al-Qur’an. Bahkan Robert L. Gullick menyatakan bahwa “Muhammad betul-betul
seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagian yang
lebih besar serta melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong
perkembangan budaya Islam, serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang
tidak tertandingi dan gairah yang menantang.[1]
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
nabi Muhammad saw., merupakan seorang pendidik, seorang guru, seorang pengajar
yang sangat berpengaruh pada diri seseorang ketika seseorang tersebut
mengamalkan serta mengikuti apa yang beliau Rasulullah lakukan dalam kehidupan
ini melalui sunnah-sunnah Beliau.
Sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi perguruan
tinggi Islam khususnya yang berada pada program pendidikan sudah sepantasnya
mengetahui hadits-hadits yang berkaitan dengan pendidikan agar kelak bisa
mengamalkan pendidikan kepada orang lain secara Islamiah dan melalui
hadits-hadits pendidikan seorang pendidik bisa mengikuti cara mendidik,
mengajar, membimbing Baginda Rasulullah saw.
Untuk itulah kami mengangkat salah
satu hadits pendidikan untuk menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk
mengenal lebih mendalam pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah saw., dan
telah kami buat dalam satu karya tulis yang berjudul “Menuntut
Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah”.
B.
Rumusan
Masalah
Kaidah penulisan Makalah tentu memiliki rumusan masalah. Adapun rumusan
masalah dalam penulisan pada Makalah ini
adalah :
1.
Bagaimanakah teks
hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah?
2.
Bagaimanakah unsur-unsur
hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah?
3.
Bagaimanakah
kandungan hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah?
C.
Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, penulis kiranya dapat
memberikan kontribusi yang terangkai pada tujuan penulisan berikut :
1.
Mengetahui teks
hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah.
4.
Mengetahui unsur-unsur
hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah.
5.
Mengetahui kandungan
hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teks Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan
Keridhaan Allah
حدثنا أبو الأشعث أحمد
بن المقدام العجلي البصري حدثنا أمية بن خالد حدثنا إسحق بن يحيى بن طلحة حدثني
ابن كعب بن مالك عن أبيه : قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من طلب
العلم ليجاري به العلماء أو ليماري به السفهاء أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله
النار (الترمذي)
Atau,
حَدَّثَنَا
أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ
حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ
طَلْحَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ
لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ
بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
) روه الترمذى [2](
Terjemahan :
“Telah berkata kepada kami Abu
Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy dari Umayyah ibn Khalid
dari Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah dari Ibn Ka’ab ibn Malik dari ayahnya beliau
berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata: Siapa yang menuntut ilmu dengan
maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan para ulama, untuk bersikap sombong
dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya maka Allah akan
memasukkannya kedalam neraka”.[3]
B. Unsur-Unsur Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi
Mendapatkan Keridhaan Allah
a. Sanad
Sanad ialah susunan atau rangkaian mata
rantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang
disebut pertama sampai kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dimana
semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits. Dalam
hadits yang dijelaskan diatas sanad haditsnya yaitu :
حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ
الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ
مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Terjemahan :
Telah berkata kepada kami Abu
Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy dari Umayyah ibn Khalid
dari Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah dari Ibn Ka’ab ibn Malik dari ayahnya beliau
berkata : Aku mendengar Rasulullah saw.
Yang
termasuk dalam sanad pada Hadits tersebut yaitu, : Abu
Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy, Umayyah ibn Khalid, Ishaq
ibn Yahya ibn Thalhah, Ibn Ka’ab ibn Malik, ayahnya dan terakhir sampai pada Rasulullah saw.
Pohon Sanad :
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
أَبِيهِ
ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ
إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ
أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ
أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ
الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ
الترمذى
b. Matan
Matan ialah materi atau lafazh hadits itu
sendiri, yang oleh penulisnya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum
perawi. Dalam
hadits diatas matan haditsnya yaitu :
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ
الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ
النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
Terjemahan :
Siapa
yang menuntut ilmu dengan maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan para ulama, untuk
bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya
maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka.
c. Rawi
(روه الترمذى (
Rawi atau orang yang
meriwayatkan hadits pada hadits yang dibahas adalah at-Tirmizi. at-Tirmizi
merupakan salah satu ulama haduts yang ternama dan terkenal kuat akan
hafalannya, ketakwaannya, amanah dan sangat teliti.[4]
Sehingga dalam meriwayatkan hadits tidak perlu lagi diragukan keshahihan hadits
tersebut.
C. Kandungan Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi
Mendapatkan Keridhaan Allah
حَدَّثَنَا
أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ
حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ
طَلْحَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ
لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ
بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
(روه الترمذى) [5]
Terjemahan :
“Telah berkata kepada kami Abu
Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy dari Umayyah ibn Khalid
dari Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah dari Ibn Ka’ab ibn Malik dari ayahnya beliau
berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata: Siapa yang menuntut ilmu dengan
maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan para ulama, untuk bersikap sombong
dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya maka Allah akan
memasukkannya kedalam neraka”
Hadits diatas merupakan
salah satu hadits yang menerangkan betapa pentingnya menuntut ilmu dengan niat
yang baik, niat yang tulus yang semata-mata hanya untuk mencari keridhaan dari
Allah swt.
Perkataan Rasulullah saw., pada
matan hadits tersebut menyadarkan kepada kita bahwa ketika menuntut ilmu dengan
niat untuk mengalahkan para ulama, untuk sombong pada orang lain, agar orang
lain dapat memujinya (bersikap riya), maka itu semua adalah niat yang salah
sebab ketika seseorang menuntut ilmu dengan niat seperti itu maka Allah swt.,
akan memberikan siksa neraka untuknya.
Sebagai ummat muslim sudah
sepantasnya kita mentaati segala apa yang diperintahkan Allah swt., yang
disampaikan melalui Rasulullah saw., termasuk diantaranya menuntut ilmu. Dengan
menuntut ilmu seseorang mampu mencapai kebahagian yang ada di dunia dan di
akhirat.
Seseorang yang menuntut ilmu
harus benar-benar menjaga niatnya, karena ketika seseorang tersebut salah dalam
niatnya maka Allah swt., telah menyiapkan tempat untuknya di neraka. Pada
kenyataannya niat yang ikhlas semata-mata karena Allah swt., bukan hanya ketika
menuntut ilmu tetapi melainkan kepda semua bentuk peribadaan ummat kepada Allah
swt., khususnya bagi seorang ummat muslim.
Menuntut ilmu akan menjadi
satu perbuatan ibadah dan bukti atas ketaatan ummat muslim kepada Allah swt.,
ketika diniati dengan niat yang ikhlas untuk mendapat keridhaan Allah swt., dan
ketika niat tersebut melenceng dari apa yang seharusnya yaitu mencari keridhaan
Allah swt., namun hanya untuk mencari kesenangan yang ada di dunia saja maka
konsekuensi nantinya seseorang tersebut tidak akan mencium bau dari surga.
Seperti dalam salah satu sabda Rasulullah saw., yaitu :
عن ابي هريرة قال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
مَنْ تَعَلَمَ عِلْماً مِماَ يُبْتَغىَ بِهِ وَجْهُ الله عَزَّ وَ جَلَّ لاَ
يَتَعَلَمُهُ اِلاَ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضاً مِنَ الدُنْياَ لَمْ يَجِدْ عَرَفَ
الْجَنَةِ يَوْمَ القِياَمَةِ ( رواه ابوداود )[6]
Terjemahan :
Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam
bersabda : “Barang siapa mencari ilmu yang seharusnya dicari untuk mendapatkan
ridho Allah, lalu ia mencarinya hanya untuk kesenangan dunia, maka ia tidak
mendapatkan bau harumnya surge di hari kiamat”.
Selain itu dalam sabda lain
yaitu :
عن ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ
أَبِيْهِ, قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهُ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ
طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءُ أَوْ لِيُمَارِيَ السُّفْهَاءَ
أَوْ يُصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ اَدْخَلَهُ اللهَ النَّارَ (روه الترمذى)[7]
Terjemahan :
Ibnu Ka’ab
bin Malik dari ayahnya berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam bersabda : “Barang siapa mencari ilmu agar
diperlakukan sebagai seorang yang pandai atau untuk berbantah-bantah dengan
orang-orang bodoh atau untuk mencari perhatian manusia kepadanya, niscaya kelak
Allah memasukkannya ke Neraka”.
Dalam ajaran agama Islam banyak yang menyerukan untuk menuntut ilmu
sebab untuk memahami dan menegakkan ajaran Islam hal diperlukan adalah suatu
ilmu. Konteks tersebut bermakna bahwa niat mencari ilmu terkandung dalam firman
Allah swt., surah al-Bayyinah ayat 5 yang menyerukan untuk menegakkan ajaran
Islam, yang berbunyi :
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ
Terjemahan
:
“Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah,
dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar
melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus (benar)[921]”.
[921]
Lurus, berarti jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan.[8]
Firman Allah swt., diatas membuktikan akan wajibnya seorang ummat muslim
mentaati segala perintah Allah swt., dengan melakukan segala hal peribadaan
kepadanya salah satunya dengan menuntut ilmu dengan niat yang ikhlas unruk
mencapai jalan yang lurus .
Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya suatu amalan perbuatan, dan
suatu amalan tidak akan mendatangkan pahala jika tidak didasarkan pada niat
karena Allah swt. waktu pelaksanaan niat sendiri dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya
dihati dengan ikhlas karena Allah swt., dalam niat sendiri ada 3 aspek yang
melandasinya yaitu :
1. Diyakini
dalam hati
2. Diucapkan
dengan lisan (tidak keras)
3. Dilakukan
dengan amal perbuatan
Jika 3 aspek niat diatas dilakukan seluruhnya maka amalan ibadah yang
dilaksanakan akan sangat baik. Sebagai contoh ketika menuntut ilmu : “Hatinya menyakini dengan niat untuk
mendapat keridhaan Allah swt, kemudian lisannya mengucapkan niat tersebut dan
terakhir melakukan tindakan yaitu belajar”. Contoh tersebut akan memberikan
hasil akhir yang membuahkan kebahagiaan didunia dan diakhirat yaitu kesuksesan
yang didapatkan di dunia dan kebahagiaan karena keridhaan Allah swt., di
akhirat kelak.
Seseorang yang menuntut ilmu
dengan niat sungguh-sungguh maka Allah swt., akan memudahkannya untuk masuk
surge. Seperti dalam sabda Rasulullah saw., :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ سَلَكَ
طَرِ يْقًا يَلْتَمسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِ يْقًا إِلَى
الْجَنَّةِ رَ (روه الترمذى)[9]
Terjemahan :
Dari Abi Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda
: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan
baginya jalam menuju surga”.
Diantara seluruh ibadah yang paling mudah dan mendekatkan diri kepada
Allah swt.,m adalah menuntut ilmu, sedangkan perkara yang sangat penting dan
perlu diperhatikan adalah niat dalam menuntut ilmu. Tidak aka nada kebaikan
yang diterima oleh seseorang ketika dalam menuntut ilmu hanya ingin mendapat
pujian dari orang lain.
Dan tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan seseorang menuntut
ilmu, niat seseorang bisa saja berubah., ketika hal tersebut terjadi maka ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu :
1.
Selalu memperbaiki niat
(Tajdidun niat), hal ini dilakukan oleh seorang penuntut ilmu agar orientasi
niatnya tidak akan berubah. Bagi seseorang yang bijak dan cerdik, ia akan
selalu memperbaiki niatnya dan memastikan hati dan perasaannya terus teguh
menjalankan kehidupan sebagai penuntut ilmu. Dia tidak akan terpengaruh oleh bisikan
syaitan, konsep niat yang diterapkan oleh Rasulullah saw., menjadi satu prinsip
yang dipegang teguh untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat.
2.
Menjauhi perbuatan riya’,
memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia akan selalu mencari popularitas yang
tinggi ketika itu terjadi maka potensi terjadinya perbuatan riya’ akan semakin
besar. Tetapi, jika hanya memperhitungkan riya’ sebagai titik awal dalam
mengerjakan satu pekerjaan atau ibadah maka tidak akan terwujud pekerjaan dan
ibadah tersebut.
Pada masa
dahulu beberapa penuntut ilmu beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
untuk mendalami dalam pandangan mereka adalah suatu hal yang paling mengasikkan
di dunia. Manusia menurut pembawaan instingnya selalu ingin tahu dan mengetahui
tentang sesuatu hal. Dan untuk mewujudkan keinginan tersebut mereka berniat dan
belajar dengan sungguh-sungguh tanpa mengharapkan imbalan dari hasil belajar
tersebut kecuali ridho dari Allah swt., hingga akhirnya apa yang mereka
kerjakan bisa tercapai. Hal tersebut tergambar jelas dari bagaimana Ibnu Siina,
Ibnu Rusd, Ibnu Khaldun, al-Ghazali, dan para imam madzhab, mereka semua mampu
menjadi pionir dalam bidangnya masing-masing disebabkan karena mereka mempunyai
wacana yang besar terhadap keilmuan.
Dalam
dunia kontemporer dikenal lembaga pendidikan atau perguruan tinggi yang memiliki
jurusan atau fakultas serta spesifikasi ilmu pada salah satu bidang keilmuan.
Sehingga memungkinkan bagi penuntut ilmu mencari dan menuntut ilmu karena
termotifasi ingin menjadi ahli ilmu dalam satu kompetensi bidang ilmu tertentu.
Bahkan
imam al-Ghazali menyatakan bahwa pelajar harus rajin dan bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu. Jangan sampai menuntut ilmu berubah menjadi keserakahan
untuk mengumpulkan kelebihan duniawi. Jika niatnya demikian maka berarti ia
adalah seseorang yang sedang meruntuhkan agamanya dan menjerumuskan dirinya
serta menjual akhiratnya yang abadi dengan kepentingan dunia yang hampa ini.
Sebaliknya apabila niat dan tujuannya hanya karena Allah swt., dank arena
hendak mencari hidayah bukan sekedar mencari kesenangan duniawi maka bergembiralah
sebab ketika berjalan menuntut ilmu, ia akan dipayungi oleh malaikat dengan
sayapnya, dan ikan-ikan di airpun akan memohonkan pengampunan terhadap Allah
swt., agar niatnya terkabulkan.
Menurut
K.H. Mochammad. Jamaludin Ahmad, orang yang menuntut ilmu itu terbagi menjadi 3
golongan yaitu :
1.
Orang yang mencari ilmu
karena hendak mencari bekal untuk akhirat dan niatnya untuk mencapai keridhaan
Allah swt., dan bekal untuk hari kiamat.
2.
Orang yang mencari ilmu
untuk persiapan kehidupan duniawi, disamping niat untuk persiapan akhirat,
yaitu hendak mencapai kekuasaan, kemuliaan, kemegahan, dan harta benda.
Sedangkan mereka sadar bahwa niat yang demikian itu sama sekali tidak bernilai
dan tidak dihargai.
3.
Orang yang mencari ilmu
karena dipengaruhi oleh syaitan, mereka mempergunakan ilmunya untuk menambah
kekayaan, membanggakan kemegahan dan menyombongkan diri mereka. Maka mereka
tidak dapat digolongkan kedalam golongan orang-orang yang berilmu karena mereka
telah digelapkan oleh tipu daya syaitan. Orang yang seperti ini akan mudah
rusak dan mudah diperdaya.[10]
Dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa niat dalam segala perbuatan merupakan
hal yang sangat penting karena, jika dalam niat saja seseorang telah keliru
maka untuk menjalankan perbuatan tersebut akan sangat berat rasanya dan
hasilnya yang ingin dicapaipun tidak akan maksimal. Apalagi ketika perbuatan
tersebut telah menyangkut urusan ilmu jangan sampai niat mereka adalah untuk
mencari kesenangan dan kebahagian duniawi semata karena hal tersebut akan
menghalangi mereka untuk mendapatkan keridhaan Allah swt., serta menghalangi
langkah mereka untuk menuju surga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pelajaran yang terkandung yang dapat diambil sebagai motivasi dalam
hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi yaitu :
1.
Niat merupakan syarat akan
diterima atau tidaknya suatu perbuatan dan segala perbuatan tidak akan
mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat karena Allah swt., semata.
2.
Ikhlas dan membebaskan niat
semata-mata karena Allah swt., dalam melakukan segala perbuatan tanpa
mengharapkan imbalan dari orang lain
3.
Ketika menuntut ilmu dengan
niat untuk mengalahkan atau berdebat
dengan para ulama, untuk bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata
manusia tertuju padanya maka sesungguhnya Allah swt., akan memasukkannya kedalam neraka.
B.
Saran
Makalah
yang memuat pembahasan tentang Hadits Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah
swt., ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan,
maka saran
dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Kedepannya kami
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan materi ini dengan berbagai sumber referensi yang lebih banyak yang
tentunya dapat dimanfaatkan dan dipertanggung jawabkan. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K.H. Mochammad. Jamaludin. 2010. Pendidikan. Jombang :
Pustaka Al-Muhibbin.
Blok Kiyai. 2011. “Makalah Hadits Tentang Niat Mencari
Ilmu”, Dikutip dari http://bolokiyai.blogspot.co.id/2011/11/makalah-hadits-tentang-niat-mencari.html. Pada tanggal 28 Februari pukul 08.50.
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an Dan Terjemahannya : Al-Kamal. Jakarta : CV Pustaka Jaya
Ilmu.
M Agus Salim. 2013. “Makalah Hadis Tentang Niat
Mencari Ilmu”. Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html. Pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi : Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta : AMZAH.
Wahid, Abd. 2008. Khazanah
Kitab Hadits : Metode, Sejarah, dan Karya-Karya. Darussalam Banda Aceh :
Ar-Raniry Press.
[1]Bukhari
Umar, Hadis Tarbawi : Pendidikan Dalam
Perspektif Hadis, (Jakarta : AMZAH, 2012), hlm.3
[2]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari
Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[3]M Agus
Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada
tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[4]Abd.
Wahid, Khazanah Kitab Hadits : Metode,
Sejarah, dan Karya-Karya, (Darussalam
Banda Aceh : Ar-Raniry Press, 2008), hlm.68-69.
[5]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari
Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[6]Blok Kiyai, “Makalah Hadits Tentang Niat Mencari
Ilmu”, Dikutip dari http://bolokiyai.blogspot.co.id/2011/11/makalah-hadits-tentang-niat-mencari.html, pada tanggal 28 Februari pukul 08.50.
[7]Blok Kiyai, “Makalah Hadits Tentang Niat Mencari
Ilmu”, Dikutip dari http://bolokiyai.blogspot.co.id/2011/11/makalah-hadits-tentang-niat-mencari.html, pada tanggal 28 Februari pukul 08.50.
[8]Kementerian
Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya :
Al-Kamal, (Jakarta : CV Pustaka Jaya Ilmu, 2012), hlm. 480.
[9]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari
Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[10]K.H. Mochammad. Jamaludin Ahmad, Pendidikan, (Jombang : Pustaka Al-Muhibbin, 2010), hlm. 47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar