Senin, 19 Maret 2018

Makalah Hadits Tarbawi "MENUNTUT ILMU DEMI MENDAPATKAN KERIDHAAN ALLAH"

MENUNTUT ILMU DEMI MENDAPATKAN KERIDHAAN ALLAH

Makalah
Diajukan kepada Dosen Pembina
Dalam rangka penyelesaian makalah
Mata kuliah Hadis Tarbawi II
Program Studi Pendidikan Agama Islam
  




Oleh
KELOMPOK 9
FAHRI HAIKAL                                                       16 0201 0106
NURHASANAH                                                        16 0201 0148
VARSELLA APRILLIAN AMRUL                                   16 0201 0145


Dosen Pembina
Dr. H. M. Zuhri Abu Nawas, Lc., MA.
Alimuddin, S.Ud., M.Pd.I


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Hadis Tarbawi II yang berjudul Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah.
Terselesaikannya Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.         Guru kami Dr. H. M. Zuhri Abu Nawas, Lc., MA., dan Alimuddin, S.Ud., M.Pd.I., selaku dosen pembina yang telah memberikan kami kesempatan dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
2.         Kedua Orang Tua kami yang senantiasa mendukung, menuntun kami dalam hidup ini dengan doa yang tulus.
3.         Teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan motifasi untuk kami dalam penyelesaian Makalah ini.
Penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang masih kurang, sistematika yang masih kurang baik, masih kurangnya pengetahuan kami tentang materi. Sehingga pada kesempatan ini kami juga mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi dan para pembaca untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga dengan adanya makalah ini teman-teman mahasiswa/mahasiswi  serta pembaca bisa menambah pengetahuan dan semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan penulisan karya-karya tulis lain dengan lebih baik lagi.

Palopo, 5 Maret 2018
             

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B.        Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.        Tujuan Penulisan...................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A.       Teks Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan
Allah........................................................................................................ 4
B.        Unsur-Unsur Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi
Mendapatkan Keridhaan Allah................................................................ 5
C.        Kandungan Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan
Keridhaan Allah....................................................................................... 7

BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.        Saran........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan sangat diperlukan oleh seorang individiu, bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk orang lain. Pendidikan menjadi satu perhatian khusus dalam kehidupan. Sudah menjadi ketentuan bahwa setiap manusia memerlukan pendidikan untuk dirinya menjadi lebih baik.
Dalam Islam sendiri pendidikan sangat dianjurkan bagi seorang anak bahkan dalam masa sekarang seorang anak yang baru dilahirkan telah dibina dengan pendidikan yang baik. Pembinaan tersebut dilakukan dengan banyak cara salah satunya dengan memperdengarkan lantunan lafadz Adzan serta Iqamah di telinga bayi yang baru saja dilahirkan. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan betapa pentingnya pembinaan dan pendidikan yang terhadap seorang anak.
Dan sudah menjadi satu keyakinan dalam Islam bahwa sumber pedoman yang menjadi dasar ummat Islam mengambil keputusan adalah al-Qur’an dan al-Hadits. al-Qur’an menjadi pedoman ummat yang abadi dan relevan di setiap zaman tanpa mengalami perubahan. Pendidikan Islam yang baik harus sesuai dan mengacu pada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur’an.
Selain nilai-nilai yang terdapat di dalam al-Qur’an pendidikan yang baik juga bisa didapatkan pada Hadits-Hadits atau sunnah-sunnah nabi Muhammad saw. Hadis atau sunnah menjadi sumber kedua pendidikan Islam setelah al-Qur’an. Bahkan Robert L. Gullick menyatakan bahwa “Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagian yang lebih besar serta melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan budaya Islam, serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang tidak tertandingi dan gairah yang menantang.[1]
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nabi Muhammad saw., merupakan seorang pendidik, seorang guru, seorang pengajar yang sangat berpengaruh pada diri seseorang ketika seseorang tersebut mengamalkan serta mengikuti apa yang beliau Rasulullah lakukan dalam kehidupan ini melalui sunnah-sunnah Beliau.
Sebagai seorang mahasiswa dan mahasiswi perguruan tinggi Islam khususnya yang berada pada program pendidikan sudah sepantasnya mengetahui hadits-hadits yang berkaitan dengan pendidikan agar kelak bisa mengamalkan pendidikan kepada orang lain secara Islamiah dan melalui hadits-hadits pendidikan seorang pendidik bisa mengikuti cara mendidik, mengajar, membimbing Baginda Rasulullah saw.
Untuk itulah kami mengangkat salah satu hadits pendidikan untuk menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk mengenal lebih mendalam pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah saw., dan telah kami buat dalam satu karya tulis yang berjudul “Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah”.

B.        Rumusan Masalah
Kaidah penulisan Makalah tentu memiliki rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penulisan pada Makalah  ini adalah :
1.      Bagaimanakah teks hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah?
2.      Bagaimanakah unsur-unsur hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah?
3.      Bagaimanakah kandungan hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah?

C.       Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, penulis kiranya dapat memberikan kontribusi yang terangkai pada tujuan penulisan berikut :
1.      Mengetahui teks hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah.
4.      Mengetahui unsur-unsur hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah.
5.      Mengetahui kandungan hadits tentang menuntut ilmu demi mendapatkan keridhaan Allah.












BAB II
PEMBAHASAN

A.     Teks Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah
حدثنا أبو الأشعث أحمد بن المقدام العجلي البصري حدثنا أمية بن خالد حدثنا إسحق بن يحيى بن طلحة حدثني ابن كعب بن مالك عن أبيه : قال سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول من طلب العلم ليجاري به العلماء أو ليماري به السفهاء أو يصرف به وجوه الناس إليه أدخله الله النار (الترمذي)
Atau,
حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
) روه الترمذى    [2](
Terjemahan :
“Telah berkata kepada kami Abu Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy dari Umayyah ibn Khalid dari Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah dari Ibn Ka’ab ibn Malik dari ayahnya beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata: Siapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan para ulama, untuk bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka”.[3]

B.     Unsur-Unsur Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah
a.      Sanad
Sanad ialah susunan atau rangkaian mata rantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits. Dalam hadits yang dijelaskan diatas sanad haditsnya yaitu :
حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Terjemahan :
Telah berkata kepada kami Abu Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy dari Umayyah ibn Khalid dari Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah dari Ibn Ka’ab ibn Malik dari ayahnya beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah saw.

Yang termasuk dalam sanad pada Hadits tersebut yaitu, : Abu Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy, Umayyah ibn Khalid, Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah,  Ibn Ka’ab ibn Malik, ayahnya dan terakhir sampai pada Rasulullah saw.
Pohon Sanad :
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَبِيهِ
ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ
إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ
أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ
أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ
الترمذى
b.      Matan
Matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang oleh penulisnya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi. Dalam hadits diatas matan haditsnya yaitu :
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
Terjemahan :
Siapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan para ulama, untuk bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka.
c.       Rawi
(روه الترمذى (
Rawi atau orang yang meriwayatkan hadits pada hadits yang dibahas adalah at-Tirmizi. at-Tirmizi merupakan salah satu ulama haduts yang ternama dan terkenal kuat akan hafalannya, ketakwaannya, amanah dan sangat teliti.[4] Sehingga dalam meriwayatkan hadits tidak perlu lagi diragukan keshahihan hadits tersebut.

C.     Kandungan Hadits Tentang Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah
حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ الْعِجْلِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
 (روه الترمذى)     [5]
Terjemahan :
“Telah berkata kepada kami Abu Al-Asy’ats Ahmad ibn Al-Miqdam Al-Ijliy Al-Bashariy dari Umayyah ibn Khalid dari Ishaq ibn Yahya ibn Thalhah dari Ibn Ka’ab ibn Malik dari ayahnya beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkata: Siapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk mengalahkan/berdebat dengan para ulama, untuk bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka”
Hadits diatas merupakan salah satu hadits yang menerangkan betapa pentingnya menuntut ilmu dengan niat yang baik, niat yang tulus yang semata-mata hanya untuk mencari keridhaan dari Allah swt.
Perkataan Rasulullah saw., pada matan hadits tersebut menyadarkan kepada kita bahwa ketika menuntut ilmu dengan niat untuk mengalahkan para ulama, untuk sombong pada orang lain, agar orang lain dapat memujinya (bersikap riya), maka itu semua adalah niat yang salah sebab ketika seseorang menuntut ilmu dengan niat seperti itu maka Allah swt., akan memberikan siksa neraka untuknya.
Sebagai ummat muslim sudah sepantasnya kita mentaati segala apa yang diperintahkan Allah swt., yang disampaikan melalui Rasulullah saw., termasuk diantaranya menuntut ilmu. Dengan menuntut ilmu seseorang mampu mencapai kebahagian yang ada di dunia dan di akhirat.
Seseorang yang menuntut ilmu harus benar-benar menjaga niatnya, karena ketika seseorang tersebut salah dalam niatnya maka Allah swt., telah menyiapkan tempat untuknya di neraka. Pada kenyataannya niat yang ikhlas semata-mata karena Allah swt., bukan hanya ketika menuntut ilmu tetapi melainkan kepda semua bentuk peribadaan ummat kepada Allah swt., khususnya bagi seorang ummat muslim.
Menuntut ilmu akan menjadi satu perbuatan ibadah dan bukti atas ketaatan ummat muslim kepada Allah swt., ketika diniati dengan niat yang ikhlas untuk mendapat keridhaan Allah swt., dan ketika niat tersebut melenceng dari apa yang seharusnya yaitu mencari keridhaan Allah swt., namun hanya untuk mencari kesenangan yang ada di dunia saja maka konsekuensi nantinya seseorang tersebut tidak akan mencium bau dari surga. Seperti dalam salah satu sabda Rasulullah saw., yaitu :
عن ابي هريرة قال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ تَعَلَمَ عِلْماً مِماَ يُبْتَغىَ بِهِ وَجْهُ الله عَزَّ وَ جَلَّ لاَ يَتَعَلَمُهُ اِلاَ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضاً مِنَ الدُنْياَ لَمْ يَجِدْ عَرَفَ الْجَنَةِ يَوْمَ القِياَمَةِ ( رواه ابوداود )[6] 
Terjemahan :
Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam bersabda : “Barang siapa mencari ilmu yang seharusnya dicari untuk mendapatkan ridho Allah, lalu ia mencarinya hanya untuk kesenangan dunia, maka ia tidak mendapatkan bau harumnya surge di hari kiamat”.
Selain itu dalam sabda lain yaitu :
عن ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيْهِ, قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهُ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءُ أَوْ لِيُمَارِيَ السُّفْهَاءَ أَوْ يُصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ اَدْخَلَهُ اللهَ النَّارَ  (روه الترمذى)[7]
Terjemahan :
Ibnu Ka’ab bin Malik dari ayahnya berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Salam bersabda : “Barang siapa mencari ilmu agar diperlakukan sebagai seorang yang pandai atau untuk berbantah-bantah dengan orang-orang bodoh atau untuk mencari perhatian manusia kepadanya, niscaya kelak Allah memasukkannya ke Neraka”.
Dalam ajaran agama Islam banyak yang menyerukan untuk menuntut ilmu sebab untuk memahami dan menegakkan ajaran Islam hal diperlukan adalah suatu ilmu. Konteks tersebut bermakna bahwa niat mencari ilmu terkandung dalam firman Allah swt., surah al-Bayyinah ayat 5 yang menyerukan untuk menegakkan ajaran Islam, yang berbunyi :
!$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsŒur ß`ƒÏŠ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ  
Terjemahan :
“Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)[921]”.
[921] Lurus, berarti jauh dari syirik dan jauh dari kesesatan.[8]
Firman Allah swt., diatas membuktikan akan wajibnya seorang ummat muslim mentaati segala perintah Allah swt., dengan melakukan segala hal peribadaan kepadanya salah satunya dengan menuntut ilmu dengan niat yang ikhlas unruk mencapai jalan yang lurus .
Niat merupakan syarat diterima atau tidaknya suatu amalan perbuatan, dan suatu amalan tidak akan mendatangkan pahala jika tidak didasarkan pada niat karena Allah swt. waktu pelaksanaan niat sendiri  dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya dihati dengan ikhlas karena Allah swt., dalam niat sendiri ada 3 aspek yang melandasinya yaitu :
1.      Diyakini dalam hati
2.      Diucapkan dengan lisan (tidak keras)
3.      Dilakukan dengan amal perbuatan
Jika 3 aspek niat diatas dilakukan seluruhnya maka amalan ibadah yang dilaksanakan akan sangat baik. Sebagai contoh ketika menuntut ilmu : “Hatinya menyakini dengan niat untuk mendapat keridhaan Allah swt, kemudian lisannya mengucapkan niat tersebut dan terakhir melakukan tindakan yaitu belajar”. Contoh tersebut akan memberikan hasil akhir yang membuahkan kebahagiaan didunia dan diakhirat yaitu kesuksesan yang didapatkan di dunia dan kebahagiaan karena keridhaan Allah swt., di akhirat kelak.
 Seseorang yang menuntut ilmu dengan niat sungguh-sungguh maka Allah swt., akan memudahkannya untuk masuk surge. Seperti dalam sabda Rasulullah saw., :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  مَنْ سَلَكَ طَرِ يْقًا يَلْتَمسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِ يْقًا إِلَى الْجَنَّةِ رَ  (روه الترمذى)[9]
Terjemahan :
Dari Abi Hurairah berkata : Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda : “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalam menuju surga”.
Diantara seluruh ibadah yang paling mudah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.,m adalah menuntut ilmu, sedangkan perkara yang sangat penting dan perlu diperhatikan adalah niat dalam menuntut ilmu. Tidak aka nada kebaikan yang diterima oleh seseorang ketika dalam menuntut ilmu hanya ingin mendapat pujian dari orang lain.
Dan tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan seseorang menuntut ilmu, niat seseorang bisa saja berubah., ketika hal tersebut terjadi maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu :
1.      Selalu memperbaiki niat (Tajdidun niat), hal ini dilakukan oleh seorang penuntut ilmu agar orientasi niatnya tidak akan berubah. Bagi seseorang yang bijak dan cerdik, ia akan selalu memperbaiki niatnya dan memastikan hati dan perasaannya terus teguh menjalankan kehidupan sebagai penuntut ilmu. Dia tidak akan terpengaruh oleh bisikan syaitan, konsep niat yang diterapkan oleh Rasulullah saw., menjadi satu prinsip yang dipegang teguh untuk mencapai kebahagiaan didunia dan diakhirat.
2.      Menjauhi perbuatan riya’, memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia akan selalu mencari popularitas yang tinggi ketika itu terjadi maka potensi terjadinya perbuatan riya’ akan semakin besar. Tetapi, jika hanya memperhitungkan riya’ sebagai titik awal dalam mengerjakan satu pekerjaan atau ibadah maka tidak akan terwujud pekerjaan dan ibadah tersebut.
Pada masa dahulu beberapa penuntut ilmu beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata untuk mendalami dalam pandangan mereka adalah suatu hal yang paling mengasikkan di dunia. Manusia menurut pembawaan instingnya selalu ingin tahu dan mengetahui tentang sesuatu hal. Dan untuk mewujudkan keinginan tersebut mereka berniat dan belajar dengan sungguh-sungguh tanpa mengharapkan imbalan dari hasil belajar tersebut kecuali ridho dari Allah swt., hingga akhirnya apa yang mereka kerjakan bisa tercapai. Hal tersebut tergambar jelas dari bagaimana Ibnu Siina, Ibnu Rusd, Ibnu Khaldun, al-Ghazali, dan para imam madzhab, mereka semua mampu menjadi pionir dalam bidangnya masing-masing disebabkan karena mereka mempunyai wacana yang besar terhadap keilmuan.
Dalam dunia kontemporer dikenal lembaga pendidikan atau perguruan tinggi yang memiliki jurusan atau fakultas serta spesifikasi ilmu pada salah satu bidang keilmuan. Sehingga memungkinkan bagi penuntut ilmu mencari dan menuntut ilmu karena termotifasi ingin menjadi ahli ilmu dalam satu kompetensi bidang ilmu tertentu.
Bahkan imam al-Ghazali menyatakan bahwa pelajar harus rajin dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Jangan sampai menuntut ilmu berubah menjadi keserakahan untuk mengumpulkan kelebihan duniawi. Jika niatnya demikian maka berarti ia adalah seseorang yang sedang meruntuhkan agamanya dan menjerumuskan dirinya serta menjual akhiratnya yang abadi dengan kepentingan dunia yang hampa ini. Sebaliknya apabila niat dan tujuannya hanya karena Allah swt., dank arena hendak mencari hidayah bukan sekedar mencari kesenangan duniawi maka bergembiralah sebab ketika berjalan menuntut ilmu, ia akan dipayungi oleh malaikat dengan sayapnya, dan ikan-ikan di airpun akan memohonkan pengampunan terhadap Allah swt., agar niatnya terkabulkan.
Menurut K.H. Mochammad. Jamaludin Ahmad, orang yang menuntut ilmu itu terbagi menjadi 3 golongan yaitu :
1.      Orang yang mencari ilmu karena hendak mencari bekal untuk akhirat dan niatnya untuk mencapai keridhaan Allah swt., dan bekal untuk hari kiamat.
2.      Orang yang mencari ilmu untuk persiapan kehidupan duniawi, disamping niat untuk persiapan akhirat, yaitu hendak mencapai kekuasaan, kemuliaan, kemegahan, dan harta benda. Sedangkan mereka sadar bahwa niat yang demikian itu sama sekali tidak bernilai dan tidak dihargai.
3.      Orang yang mencari ilmu karena dipengaruhi oleh syaitan, mereka mempergunakan ilmunya untuk menambah kekayaan, membanggakan kemegahan dan menyombongkan diri mereka. Maka mereka tidak dapat digolongkan kedalam golongan orang-orang yang berilmu karena mereka telah digelapkan oleh tipu daya syaitan. Orang yang seperti ini akan mudah rusak dan mudah diperdaya.[10]

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa niat dalam segala perbuatan merupakan hal yang sangat penting karena, jika dalam niat saja seseorang telah keliru maka untuk menjalankan perbuatan tersebut akan sangat berat rasanya dan hasilnya yang ingin dicapaipun tidak akan maksimal. Apalagi ketika perbuatan tersebut telah menyangkut urusan ilmu jangan sampai niat mereka adalah untuk mencari kesenangan dan kebahagian duniawi semata karena hal tersebut akan menghalangi mereka untuk mendapatkan keridhaan Allah swt., serta menghalangi langkah mereka untuk menuju surga.










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan  bahwa pelajaran yang terkandung  yang dapat diambil sebagai motivasi dalam hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmizi yaitu :
1.      Niat merupakan syarat akan diterima atau tidaknya suatu perbuatan dan segala perbuatan tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat karena Allah swt., semata.
2.      Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah swt., dalam melakukan segala perbuatan tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain
3.      Ketika menuntut ilmu dengan niat untuk mengalahkan atau berdebat dengan para ulama, untuk bersikap sombong dihadapan orang bodoh, atau agar mata manusia tertuju padanya maka sesungguhnya Allah swt., akan memasukkannya kedalam neraka.

B.     Saran
Makalah yang memuat pembahasan tentang Hadits Menuntut Ilmu Demi Mendapatkan Keridhaan Allah swt., ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan materi ini dengan berbagai sumber referensi yang lebih banyak yang tentunya dapat dimanfaatkan dan dipertanggung jawabkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K.H. Mochammad. Jamaludin. 2010. Pendidikan. Jombang : Pustaka Al-Muhibbin.
Blok Kiyai. 2011. “Makalah Hadits Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari http://bolokiyai.blogspot.co.id/2011/11/makalah-hadits-tentang-niat-mencari.html. Pada tanggal 28 Februari pukul 08.50.
Kementerian Agama RI. 2012. Al-Qur’an Dan Terjemahannya : Al-Kamal. Jakarta : CV Pustaka Jaya Ilmu.
M Agus Salim. 2013. “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari Ilmu”. Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html. Pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi : Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta : AMZAH.
Wahid, Abd. 2008. Khazanah Kitab Hadits : Metode, Sejarah, dan Karya-Karya. Darussalam Banda Aceh : Ar-Raniry Press.





[1]Bukhari Umar, Hadis Tarbawi : Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Jakarta : AMZAH, 2012), hlm.3
[2]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[3]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[4]Abd. Wahid, Khazanah Kitab Hadits : Metode, Sejarah, dan Karya-Karya,  (Darussalam Banda Aceh : Ar-Raniry Press, 2008), hlm.68-69.
[5]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
[6]Blok Kiyai, “Makalah Hadits Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari http://bolokiyai.blogspot.co.id/2011/11/makalah-hadits-tentang-niat-mencari.html, pada tanggal 28 Februari pukul 08.50.
[7]Blok Kiyai, “Makalah Hadits Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari http://bolokiyai.blogspot.co.id/2011/11/makalah-hadits-tentang-niat-mencari.html, pada tanggal 28 Februari pukul 08.50.
[8]Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya : Al-Kamal, (Jakarta : CV Pustaka Jaya Ilmu, 2012), hlm. 480.
[9]M Agus Salim, “Makalah Hadis Tentang Niat Mencari Ilmu”, Dikutip dari https://makalahpaiku.blogspot.co.id/2013/09/makalah-hadis-tentang-niat-mencari-ilmu.html pada tanggal 28 Februari 2018 pukul 09.00.
 [10]K.H. Mochammad. Jamaludin Ahmad, Pendidikan, (Jombang : Pustaka Al-Muhibbin, 2010), hlm. 47. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Tauhid "MACAM-MACAM TAUHID MELIPUTI ULUHIYYAH, RUBUBIYAH DAN ASMA WA SIFAT"

TUGAS TAUHID MACAM-MACAM TAUHID MELIPUTI ULUHIYYAH, RUBUBIYAH DAN ASMA WA SIFAT Di susun oleh : KELOMPOK                        :...