KONSEP
PERKEMBANGAN MELIPUTI DEFINISI PERKEMBANGAN DAN PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Makalah
Diajukan
kepada Dosen Pembina
Dalam
rangka penyelesaian makalah
Mata
kuliah Perkembangan Peserta Didik
Program
Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh
KELOMPOK
4
MUSGIH MAHESUARAH 16 0201
0141
VARSELLA APRILLIAN AMRUL 16 0201 0145
Dosen
Pembina
Dewi
Rohmayanti, S.Pd.I., M.Pd.
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
TAHUN
AJARAN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. atas berkah dan rahmat-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penulisan makalah Perkembangan
Peserta Didik yang berjudul Konsep Perkembangan Meliputi Definisi
Perkembangan Dan Prinsip-Prinsip Perkembangan Serta Implikasinya Dalam
Pendidikan.
Terselesaikannya
Makalah ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari beberapa pihak, sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1.
Guru kami Dewi
Rohmayanti, S.Pd.I., M.Pd., selaku dosen
pembina yang telah memberikan kami kesempatan dalam pembuatan dan penyelesaian makalah ini.
2.
Kedua
Orang Tua kami yang senantiasa
mendukung, menuntun kami dalam hidup ini dengan doa yang tulus.
3.
Teman-teman
mahasiswa/mahasiswi yang selalu memberi semangat dan motifasi untuk kami dalam
penyelesaian Makalah ini.
Penulisan
makalah
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, informasi yang masih kurang, sistematika yang masih kurang baik, masih kurangnya
pengetahuan kami tentang materi. Sehingga
pada kesempatan ini kami juga mengharapkan kritik serta saran dari teman-teman mahasiswa/mahasiswi
dan para pembaca untuk penulisan makalah
yang lebih baik lagi kedepannya.
Semoga
dengan adanya makalah ini teman-teman mahasiswa/mahasiswi serta pembaca bisa menambah pengetahuan dan
semoga kedepannya kita bisa menyelesaikan penulisan karya-karya tulis lain
dengan lebih baik lagi.
Palopo, 4 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah.......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Perkembangan............................................................................ 3
B.
Implikasi
Perkembangan Dalam Pendidikan........................................... 4
C.
Prinsip-Prinsip Perkembangan................................................................. 11
D.
Implikasi Prinsip-Prinsip Perkembangan Dalam
Pendidikan................... 14
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 15
B.
Saran........................................................................................................ 16
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas utama seorang guru adalah mengajar dan dalam proses
pembelajaran yang dihadapi adalah anak manusia yang bersifat “unik”. Dalam hal
ini, kata unik berarti bahwa tidak ada manusia yang sama dan kondisi mereka pun
sendiri tidak menetap. Ini diartikan bahwa setiap manusia diciptakan berbeda
satu dengan yang lainnya, baik secara karakter dan budaya yang mereka dapatkan.
Dengan seiring waktu, situasi dan
kondisi lingkungan serta faktor internal akan mempengaruhi sikap, emosi dan cara penyesuaian diri
dengan orang-orang sekitar mereka dan lingkungannya. Inilah yang membuat setiap
anak didik itu berbeda. Begitu juga bila kita akan mengajar dengan anak usia 12
keatas, dimana mereka dalam suatu masa yang disebut masa remaja. Keunikan para
remaja terletak dalam individualismenya, bukan pada masa remajanya.
Konsep-konsep dasar tentang perkembangan manusia berlaku
juga pada individu yang disebut remaja. Banyak pakar yang merumuskan pengertian perkembangan
yaitu suatu proses perubahan dalam diri individu yang bersifat kualitatif. Sama
halnya dengan konsep perkembangan, maka pertumbuhanpun dibahas oleh banyak
pakar. Ciri – ciri remaja yang sedang berkembang cenderung digambarkan sebagai
pemunculan tingkah laku yang negative, seperti suka melawan, gelisah, periode
badai dan tekanan, tidak stabil dan berbagai label buruk lainnya. Pada periode
remaja situasi psikologis, fisiologis, dan budaya makin penting pengaruhnya
terhadap perkembangan individu dibandingkan dengan perkembangan individu
sebelumnya (anak-anak) atau pada periode perkembangan sesudahnya (dewasa).
Terjadinya kegelisahan atau stres pada remaja karena
sambutan lingkungan yang kurang menyokong. Budaya yang kacau menimbulkan kekacauan
perkembangan emosi, sosial dan kognitif sehingga menimbulkan tingkah laku amoral.
Prinsip sebuah perkembangan adalah proses yang berlangsung
selama perkembangan berlangsung pada setiap orang dalam periode perkembangan. Untuk itulah
kami membuat makalah
tentang
definisi perkembangan serta prinsip-prinsip perkembangan dan implikasinya dalam
pendidikan untuk memberikan informasi kepada pembaca umum mengenai materi
tersebut agar kita sebagai calon guru paham dan mengerti penuh tentang materi
tersebut.
.
B.
Rumusan
Masalah
Kaidah penulisan Makalah tentu memiliki rumusan
masalah. Adapun rumusan masalah dalam penulisan pada Makalah ini adalah :
1.
Bagaimanakah
definisi dari perkembangan?
2.
Bagaimanakah
implikasi perkembangan dalam pendidikan?
3.
Apa sajakah prinsip-prinsip perkembangan?
4.
Bagaimanakah implikasi
prinsip-prinsip perkembangan dalam pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, penulis kiranya dapat
memberikan kontribusi yang terangkai pada tujuan penulisan berikut :
1.
Mengetahui definisi
dari perkembangan.
2.
Mengetahui implikasi
perkembangan dalam pendidikan.
3.
Mengetahui prinsip-prinsip perkembangan.
4.
Mengetahui
implikasi prinsip-prinsip perkembangan dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang
sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir
hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu
menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.
Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang
fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perkembangan (Development) merupakan suatu
proses yang pasti di alami oleh setiap individu, perkembangan dapat diartikan
sebagai proses perubahan kuantatif dan kualitatif individu dalam rentang
kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa
dewasa yang berhubungan dengan kematangan
seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta
sistematis di dalam diri manusia.[1]
Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa
konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya. Beberapa
ahli sendiri mendefinisikan perkembangan sebagai:
1) Perubahan yang berkesinambungan dan
progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati
2) Pertumbuhan
3) Perubahan dalam bentuk dan dalam
integrasi bagian-bagian jasmaniah, kedalam bagian-bagian fungsional
4) Kedewasaan atau kemunculan pola-pola
asasi dari tingkah laku yang tidak pernah dipelajari
Perkembangan
secara luas
menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu
dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.[2]
Maka dengan kata lain dapat diartikan bahwa sepanjang hidup kita
merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi
perkembangan (development), pertumbuhan (growth) serta
kamatangan (maturation) baik fisik maupun psikis. Tidak ada periode usia yang
mendominasi perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian,
yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan.
B. Implikasi Perkembangan Dalam Pendidikan
Perkembangan yang diartikan sebagai perubahan yang dialami individu
atau organisme menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara sistematis,dan
berkesinambungan baik fisik atau psikis menumbuhkan perubahan-perubahan ke arah yang lebih
maju kepada anak didik sehingga menambah pengetahuan, pikiran yang lebih matang. Perubahan-perubahan
tersebut diantaranya :
1.
Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Secara fisik, anak pada usia sekolah dasar memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan
sesudahnya. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan dipahami
karena akan memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggaraan pendidikan.
Proses perkembangan biologis atau
perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti
pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ
inderawi, dan sejenisnya. Termasuk juga di dalamnya perubahan dalam kemampuan
fisik seperti perubahan dalam penglihatan, kekuatan otot, dan lain-lain.
Pemikiran tersebut menuntut perlunya suatu penyelenggaraan pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan fisik seperti yang telah diungkapkan.[3]
Anak usia sekolah dasar sudah lebih mampu mengontrol
tubuhnya daripada anak usia sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD dapat memberikan
perhatian yang lebih lama terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Namun, perlu diingat bahwa kondisi fisik tersebut masih jauh dari
matang dan masih terus berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak
untuk peningkatan keterampilan motorik dan memenuhi kesenangan. Oleh karena
itu, suatu prinsip praktek pendidikan yang penting bagi anak usia sekolah dasar
yaitu mereka harus terlibat dalam kegiatan aktif daripada pasif.
Kondisi perkembangan perseptual pun masih mengalami penajaman
dan penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan berkembang dengan baik jika
dirangsang dan difungsikan melalui interaksi dengan lingkungan. Pemenuhan
kebutuhan tersebut tentunya tidak bisa dilakukan hanya melalui pelajaran
penjaskes yang mungkin hanya dilaksanakan seminggu sekali.
Seiring dengan perkembangan motorik anak terhadap kegiatan
pendidikan, anak sekolah dasar kelas awal tepat sekali diajarkan tentang
hal-hal berikut: (1) dasar-dasar keterampilan menulis dan menggambar; (2)
keterampilan berolahraga; (3) gerakan-gerakan permainan seperti meloncat dan
berlari; (4) baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kedisiplinan;
serta (5) gerakan-gerakan ibadah shalat.[4]
Suatu keadaan yang berbeda akan
menimbulkan reaksi yang berbeda pula pada diri individu. Misalnya di dalam
suatu kelas terdapat seorang anak yang berambut pirang karena pembawaan dari
orang tuanya. Ada kalanya rambut pirang tersebut menimbulkan perasaan tidak
puas atau perasaan rendah diri pada anak itu karena merasa berbeda dengan
teman-temannya. Akan tetapi, mungkin juga rambut pirang itu akan menjadi suatu
kebanggaan karena anak tersebut merasa unik.[5]
Di sinilah kita melihat bahwa perkembangan fisik peserta
didik memegang peranan yang penting terhadap pendidikan. Dengan demikian,
jelaslah bahwa perbedaan perkembangan fisik harus dihadapi dengan cara yang
tepat oleh para pendidik.
Meskipun tidak sepesat pada masa usia dini, perkembangan
biologis maupun perseptual anak terus berlangsung. Pemahaman tentang
karakteristik per-kembangan akhirnya membawa beberapa implikasi bagi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar. Implikasi-imlikasi dimaksud
khususnya berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum,
pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan,
serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku sehat.
2.
Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak
manusia. potensi otak manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran
sadar, sedangkan sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Dari penjelasan
tersebut dapat kita ketahui bahwa potensi otak manusia yang berkaitan dengan
perkembangan intelektual hanya memuat delapan persen saja. Untuk itu,
perkembangan intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan.[6]
Teori Piaget banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau
proses pembelajaran, meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget berpandangan bahwa: (1) pembelajaran tidak
harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada peserta didik; (2) materi yang
dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik; (3)
pendidik dan peserta didik harus sama-sama terlibat dalam proses pembelajaran;
(4) urutan bahan dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama, karena
akan sulit dipahami oleh peserta didik jika urutannya loncat-loncat; (5) guru
harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik dalam melakukan
stimulasi pembelajaran; dan (6) pembelajaran hendaknya dibantu dengan
benda-benda konkret pada anak sekolah dasar kelas awal.[7]
Perkembangan intelektual pada anak usia sekolah dasar sudah
cukup untuk menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan yang dapat
mengembangkan pola pikir atau daya nalarnya. Perkembangan intelektual dan
pengalaman belajar anak sangat erat kaitannya. Perkembangan intelektual peserta
didik akan memfasilitasi kemampuan belajarnya. Peserta didik sudah dapat
diberikan dasar-dasar keilmuan, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Dalam
mengembangkan daya nalar, caranya dengan melatih peserta didik untuk
mengungkapkan pendapat, gagasan, atau penilaiannya terhadap berbagai hal.
Misalnya yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib sekolah, dan
sebagainya.
3.
Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Pada dasarnya bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara,
melainkan juga dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh
lainnya yang memiliki aturan sendiri.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkem-bangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam
perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat, dan menarik kesimpulan.[8]
Anak usia sekolah dasar merupakan
masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata.
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain,
anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang
petualangan, riwayat pahlawan, dan lain-lain). Pada masa ini tingkat berpikir
anak sudah lebih maju. Dia banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat.
Misalnya, kata tanya yang semula digunakan hanya “apa”, sekarang sudah diikuti
dengan pertanyaan “di mana”, “mengapa”, “bagaimana”, dan sebagainya. Oleh sebab
itu, pelajaran bahasa yang sengaja diberikan di sekolah dasar dapat menambah
perbendaharaan kata peserta didik, melatih peserta didik menyusun struktur
kalimat, peribahasa, kesusastraan, dan keterampilan mengarang.
Adapun implikasi
perkembangan bahasa pada peserta didik.
1)
Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat
efektif, maka perkembangan bahasa peserta didik dapat berjalan secara optimal.
Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif, maka dapat
diprediksi bahwa perkembangan bahasa peserta didik akan mengalami hambatan.
2) Bahasa adalah alat komunikasi yang
paling efektif dalam pergaulan sosial. Jika ingin menghasilkan pembelajaran
yang efektif untuk mendapatkan hasil pendidikan yang optimal, maka sangat
diperlukan bahasa yang komunikatif dan memungkinkan peserta didik yang terlibat
dalam interaksi pembelajaran dapat berperan secara aktif dan produktif.
3) Meskipun umumnya anak SD memiliki
kemampuan potensial yang berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan bahasa sejak dini sangat diperlukan.
4.
Implikasi Perkembangan Kreativitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
berpikir dan bersikap tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa
guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan.
Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan
peserta didik, perlu dikemukakan berbagai upaya yang dapat mendukung
pengembangan kreativitas terhadap pendidikan. Namun dalam kenyataannya,
kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik, melainkan
hanya memungkinkan untuk dapat dimunculkan.
Pengalaman belajar yang dapat
dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta didik,
khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru diharapkan
dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan berbagai media, menggunakan
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan posisi peserta didik sebagai subjek
daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang tepat sehingga
mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.
5.
Implikasi Perkembangan Sosial
Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial. Sejak
dilahirkan, bayi sudah termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut
keluarga. Ketika kecil, mulanya anak-anak hanya mempunyai hak saja. Di dalam
rumah tangga ia mempunyai hak untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang
tuanya. Namun, lama-kelamaan keadaan itu berubah. Anak-anak yang pada mulanya
hanya mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai kewajiban.
Lingkungan sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari
orang lain. Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Dalam
hal ini, yang dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh-pengaruh yang
disengaja dari anggota berbagai golongan tertentu, seperti pengaruh ayah,
nenek, paman, dan guru-guru.
Berkat dengan adanya perkembangan sosial, seorang anak dapat menyesuaikan
diri dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar.
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan oleh pendidik dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik maupun pikiran. Tugas-tugas kelompok ini harus
memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan
prestasinya, tetapi juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat belajar tentang kebiasaan
dalam bekerja sama, saling menghormati, dan bertanggung jawab.
Dilihat dari pemahaman terhadap aspek perkembangan sosial
pada peserta didik, terdapat beberapa implikasi yaitu: (1) untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam menyadari dan menghayati pengalaman sosialnya,
dapat dilakukan aktivitas-aktivitas bermain peran yang ditindaklanjuti dengan
pembahasan di antara mereka; (2) keberadaan teman sebaya bagi anak usia sekolah
dasar merupakan hal yang sangat berarti, bukan saja sebagai sumber kesenangan
bagi anak melainkan dapat membantu mengembangkan banyak aspek perkembangan
anak. Ini mengimplikasikan perlunya aktivitas-aktivitas pendidikan yang
memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk berdialog dengan
sesamanya.[9]
6.
Implikasi Perkembangan Emosional
Yang menyertai proses belajar itu apakah baik
atau tidak adalah emosi. Yang mana ketika emosi negatif seperti perasaan tidak
senang dan kecewa, maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti
peserta didik tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga
kemungkinan besar akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Begitu pentingnya faktor perkembangan emosional dalam
menentukan keberhasilan belajar peserta didik, sehingga para pendidik perlu
dengan baik
memahami emosi para siswa. Memperhatikan dan memahami emosi siswa dapat
membantu pendidik mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan
permanen. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti membangun ikatan
emosional dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan
menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Melalui kondisi belajar yang dimaksud, para siswa akan lebih
ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran.
7.
Implikasi Perkembangan Moral
Moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun,
bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan
lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen,
bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan
negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke
dalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari
anak-anak.[10]
Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi
wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik.
Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk
melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral dan segala aspek
kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya dihubungkan
dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian, pembinaan
perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika
mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi
jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina.
8.
Implikasi Perkembangan Spiritual
Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan
spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini,
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting.
Pendidikan yang dilakukan terhadap
manusia berbeda dengan “pendidikan” yang dilakukan terhadap binatang.
Menurutnya, pendidikan pada manusia tidak terletak pada perkem-bangan biologis
saja, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi,
pendidikan pada manusia harus diperhitungkan pula perkembangan rohaninya.
Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah Swt., yaitu dianugerahi
fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal penciptanya, yang membedakan
antara manusia dengan binatang. Fitrah ini berkaitan dengan aspek spiritual.[11]
C. Prinsip-Prinsip
Perkembangan
Prinsip-prinsip perkembangan remaja adalah suatu kondisi
yang berlangsung selama proses perkembangan berlangsung. Prinsip-prinsip
perkembangan itu adalah sebagai berikut:
1. Prinsip kematangan
Taraf kematangan kognitif, sosial, dan emosional, serta
moral akan mempengaruhi prestasinya dalam sekolah. Remaja yang matang secara
kognitif mampu memahami konsep-konsep abstrak, seperti nilai kebenaran yang
murni, menghubungkan peristiwa sekarang dengan peristiwa yang akan datang.
Prinsip kematangan yaitu: emosional, intelektual, sosial dan tanggun jawab.
Kematangam remaja itu tidak sama. Tidak semua remaja mencapai kematangan
kognitif yang sama walaupun umur mereka sama. Dikarenakan perbedaan pengalaman
belajar dan perbedaan potensi yang dibawa semenjak lahir.
Jadi, sekolah harus memeberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kematangan kognitif, sosial, dan emosional siswa pada remaja.
Jadi, sekolah harus memeberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kematangan kognitif, sosial, dan emosional siswa pada remaja.
2. Prinsip Kesatuan Organisasi
Anak merupakan satuan kesatuan antara fisik dan psikis dan
kesatuan komponen dari kedua unsue tersebut. Perkembangan aspek fisik atau
psikis berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Setiap aspek tidak
berkembang secara sendiri-sendiri tetapi perkembangan satu aspek berpengaruh
terhadap aspek yang lain. Jadi, dalam proses belajar sangatlah
penting untuk melibatkan sebanyak mungkin aspek fisik maupun psikis anak secara
serempak agar hasil belajar yang maksimal dapat tercapai. Makin banyak alat
indra anak terlibat dalam proses belajar makin mudah dan pahamlah siswa dengan
apa yang dipelajarinya.
3. Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan Remaja
Remaja berkembangan dengan tempo dan irama
perkembangan sendiri-sendiri. Remaja memiliki tempo dan irama perkembangan yang
berbeda dengan remaja yang lain. Ada remaja yang cepat dan ada pula yang lambat
perkembangannya, misalnya, didalam satu kelas, ada remaja yang umumnya sama,
namun kematangan berpikir mereka berbeda.
Tempo dan irama perkembangan remaja ditentukan oleh dua
faktor, yaitu faktor pembawaan (potensi dasar) dan lingkungan. Makin tinggi
potensi dasar makin cepat irama dan tempo perkembangannya apabila lingkungannya
memberikan rangsangan yang sesuai. Sebaliknya, makin rendah potensi yang
dimiliki anak ditambah lagi dengan lingkungan yang kurang memacu perkembangan
tersebut, maka tempo dan irama perkembangan akan menjadi lambat. Banyak ahli
yang berpendapat bahwa tempo dan irama perkembangan anak dapat di percepat oleh
lingkungan dalam batas-batas tertentu. Atau sebaliknya tempo dan irama
perkembangan yang telah terpola itu dapat menjadi lambat dan bahkan terlambat
sama sekali jika lingkungan kurang sekali memberikan gizi kesehatan dan
rangsangan pendidikan yang cukup.
4. Prinsip Kesamaan Pola
Prinsip kesamaan pola mempunyai beberapa
implikasi dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
a)
Pada umunya pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal
terhadap remaja yang berumur kronologis sama.
b)
Dapat dilaksanakan keseragaman pendidikan untuk anak tingkat
umur kronologis tertentu.
c)
Dapat disediakan alat-alat permainan tertentu yang dapat
digunakan dari generasi ke generasi berikutnya untuk anak yang sebaya.
Jadi, prinsip ini mengemukakan bahwa anak sebagai manusia
mengikuti pola umum yang sama dalam perkembangannya.
5. Prinsip Kontinuitas
Menurut prinsip kontinuitas, perkembangan berlangsung secara
terus menerus dan berkesinambungan. Perkembangan pada periode awal mempengaruhi
pencapaian perkembangan periode berikutnya. Jika tugas perkembangan pada
periode awal dapat dicapai dengan sempurna, maka tugas perkembangan pada
periode berikutnya dapat diselesaikan dengan baik.
Para pendidik hendaknya berusaha
untuk menghindarkan hal-hal yang mengganggu tercapainya tugas-tugas
perkembangan sebelum remaja dan berusaha mencapai kondisi yang dapat
memungkinkan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja terselesaikan dengan
sempurna agar tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dapat diraih tanpa
gangguan yang berarti.
Adapun
prinsip-prinsip perkembangan individu, yaitu.
a) Perkembangan merupakan proses yang
tidak perna terganti.
b) Semua aspek perkembangan saling
berhubungan.
c) Perkembangan terjadi pada tempo yang
berlainan.
d) Setiap fase perkembangan mempunyai
ciri khas.
e) Setiap individu normal akan
mengalami tahapan perkembangan.
f) Perkembangan memiiki pola atau arah
tertentu.
D. Implikasi Prinsip-Prinsip Perkembangan Dalam
Pendidikan
Prinsip-sprinsip
perkembangan peserta didik sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan kepada mereka.
Berikut ini beberapa implikasi prinsip-prinsip perkembangan peserta didik dalam
proses pendidikan di sekolah.
1.
Pelajaran-pelajaran
yang diberikan harus berhubungan satu dengan yang lain yaitu adanya kurikulum
yang terintegrasi dengan baik.
2.
Proses
pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.
3.
Proses
pendidikan dapat diberikan secara klasikal dan penggunaan alat peraga
pendidikan bisa digunakan dalam rentang waktu yang relatif lama (tidak selalu
ganti)
4.
Pendidik harus
memberikan lingkungan pendidikan yang bervariasi sehingga potensi anak
dapatteroptimalisasi dengan baik. Contoh: pembagian jurusan di SMU yang
disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik.
5.
Pengaruh
pendidikan dapat dibatasi oleh kemampuan anak; Contoh : pendidikan SMU
tidak dapat diberikan kepada anak yang IQ-nya dibawah 90.
6.
Dalam batas-batas
normal, kemauan anak tidak boleh dikekang/dibatasi karena anak adalah manusia
yang harus aktif dan bukan pasif.
7.
Para pendidik
harus menyadari secara baik bahwa apa yang diberikan kepada para peserta didik
itu baik dan sesuai dengan tahapan perkembangannya yang sudah dirancang secara
terencana.[12]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti
di alami oleh setiap individu, perkembangan dapat diartikan sebagai proses
perubahan kuantatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai
dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa yang berhubungan dengan
kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat
progresif serta sistematis di dalam diri manusia.
Perkembangan yang diartikan sebagai perubahan yang dialami
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan yang berlangsung secara
sistematis,dan berkesinambungan baik fisik atau psikis menumbuhkan perubahan-perubahan ke arah yang
lebih maju kepada anak didik sehingga menambah pengetahuan, pikiran yang lebih matang.
Prinsip-prinsip perkembangan remaja adalah suatu kondisi
yang berlangsung selama proses perkembangan berlangsung. Prinsip-prinsip
perkembangan yaitu : Prinsip
kematangan, Prinsip Kesatuan Organisasi , Prinsip Tempo dan Irama
Perkembangan Remaja, Prinsip Kesamaan Pola, Prinsip Kontinuitas.
Implikasi prinsip-prinsip
perkembangan peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah diantaranya yaitu : Pelajaran-pelajaran yang
diberikan harus berhubungan satu dengan yang lain yaitu adanya kurikulum yang
terintegrasi dengan baik, Proses pembelajaran harus menghargai keunikan
masing-masing peserta didik, Proses pendidikan dapat diberikan secara klasikal
dan penggunaan alat peraga pendidikan bisa digunakan dalam rentang waktu yang
relatif lama (tidak selalu ganti), dll
B.
Saran
Makalah
yang memuat pembahasan tentang konsep perkembangan meliputi definisi
perkembangan dan prinsip-prinsip perkembangan serta implikasinya dalam
pendidikan, ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik sangat kami harapkan
demi perbaikan makalah ini. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan materi ini dengan berbagai sumber referensi yang lebih banyak yang
tentunya dapat dimanfaatkan dan dipertanggung jawabkan. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya, dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiamin, dkk. 2009. Perkembangan Pesertan Didik. Bandung : UPI Press.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikologi
Perkembangan. Jakarta : PT. Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi
Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Widiasmadi, Nugroho. 2010. Kecerdasan
Otak. Yogyakarta
: Indonesia Tera.
Yulia Ayriza.
2013. “Bab III Prinsip-Prinsip Perkembangan”. Dikutip dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656353/pendidikan/B.3+Bab+III-Prinsip-Prinsip+Perkembangan.pdf. Pada Tanggal 3 Maret 2018 pukul 09.00.
Yusuf, H. Syamsu dan Nani M. Sgandhi. 2011. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Yusuf, H. Syamsu.
2005. Psikologi Perkembangan Anak &
Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
[1]Syamsu Yusuf dan Nani M. Sgandhi, Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada, 2011), hlm. 1.
[2]Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 4.
[3]Budiamin, dkk, Perkembangan Pesertan Didik, (Bandung :
UPI Press, 2009), hlm. 5.
[4]H. Syamsu Yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 105.
[5]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 66.
[6]Nugroho Widiasmadi, Kecerdasan Otak,
(Yogyakarta : Indonesia Tera, 2010), hlm. 55.
[7]Budiamin, dkk, op. cit. hlm. 108.
[8]H. Syamsu Yusuf, op. cit. hlm.
118
[9]Budiamin, dkk, op. cit. hlm. 128.
[10]Ngalim Purwanto, op. cit. hlm. 31.
[11]Ngalim Purwanto, op. cit. hlm. 9.
[12]Yulia Ayriza, “Bab III Prinsip-Prinsip Perkembangan”, Dikutip dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/131656353/pendidikan/B.3+Bab+III-Prinsip-Prinsip+Perkembangan.pdf, Pada Tanggal 3 Maret 2018 pukul 09.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar